Rabu 11 Jul 2018 08:40 WIB

Puspiptek Gandeng IPB, Cetak Calon Technopreneur Handal

Menjadi seorang technopreneur harus kreatif.

Penandatanganan kerja sama Puspitek dan IPB.
Foto: Dok IPB
Penandatanganan kerja sama Puspitek dan IPB.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristekdikti RI)  dan  Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerja sama menggelar Agritechnopreneur Boothcamp untuk mencetak calon-calon technopreneur handal.

Penandatanganan kerja sama dilakukan oleh Wakil Rektor Bidang Inovasi, Bisnis dan Kewirausahaan IPB, Prof  Erika B Laconi dan Kepala Puspiptek, Dr  Sri Setiawati.

Kegiatan ini merupakan bagian dari seleksi Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) 2018.

Ada 212 mahasiswa dari 72 kelompok usaha yang mengikuti acara Agritechnopreneur Boothcamp ini.  Kelompok usaha yang digeluti peserta di antaranya bidang pertanian (8 kelompok), perikanan (4 kelompok), peternakan (6 kelompok), kuliner (28 kelompok), jasa dan inovasi (28 kelompok).

Hal tersebut dilaporkan Ketua Panitia yang juga Direktur Inovasi dan Kewirausahaan IPB, Dr Syarifah Iis Aisyah. “Mereka yang lolos seleksi selanjutnya mengikuti  Rangkaian Program Mahasiswa Wirausaha 2018 selama dua hari 9-10 Juli 2018 di Auditorium Sumardi Sastrakusumah, Kampus IPB Dramaga,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (10/7).

Kepala Puspiptek, Dr Sri Setiawati dalam sambutannya menyampaikan, menjadi seorang technopreneur harus kreatif.  Pada zaman sekarang tidak bisa lagi diam, duduk menunggu, namun harus mencari peluang dan bekerja secara teamwork, serta menguasai kemampuan multidisiplin.

"Suatu saat kalian berusaha, maka yang berjualan ada orang marketing,  membuat desain sesuai standar orang desain, tidak lagi ada sekat- sekat ilmu. Jika masih ada sekat maka tidak akan pernah maju. Di ASEAN, kita lihat negara  Thailand dengan kuliner tom yam-nya. Bagaimana mereka mengembangkan produk, sehingga diterima di dunia internasional. Bagaimana mereka mensertifikasi l produknya menjadi berkelas internasional. Di Indonesia, ada banyak kesempatan, bagaimana menciptakan nilai tambah menjadi produk-produk bernilai ekonomi tinggi, " jelasnya.

Lebih lanjut Dr Sri memberi contoh,  "Dalam satu jenis bahan baku saja misalnya kelapa sawit ada lebih dari seratus turunan produk."

Dikatakannya juga, kesempatan wirausaha harus terus diciptakan. “Di Indonesia di bidang  ekonomi, misalnya. Banyak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang berkembang. Hal ini yang menyebabkan Indonesia kuat, ketika krisis ekonomi karena di bawahnya kuat. Untuk itu, siapakah yang dapat membantu usaha-usaha kecil menengah tersebut? Mahasiswalah yang bisa membantu dengan inovasi dan teknologinya, sehingga mereka bisa berkompetisi. Salah satunya  bisa melalui Program Kuliah Kerja Nyata (KKN),” paparnya.

photo
Para mahasiswa IPB antusias mengikuti Agritechnopreneur Boothcamp.

Dr  Sri mencontohkan negara Jepang yang sudah memasuki industri 5.0, karena menggunakan artificial technology. Mereka kekurangan anak muda, sehingga segalanya sudah diganti dengan mesin dan robot. “Di Indonesia, jumlah anak muda 60 persen yang merupakan bonus demografi, sehingga mahasiswalah yang akan menentukan arah masa  depan bangsa ke arah mana,” tuturnya.

 

Wakil Rektor Bidang Inovasi, Bisnis dan Kewirausahaan IPB,  Prof  Erika B Laconi mengatakan, kerja sama ini untuk menjawab tantangan bahwa negara butuh pemuda yang semangat. Jika telah lulus dari IPB, tidak sedikit lulusan yang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), wirausaha dengan berbekal ilmu pengetahuan dan teknologi. “Hal ini menjadi acuan membantu negara ini,” ujarnya.

Tentunya tantangan lainnya harus dijawab. “Untuk itu,  melalui Direktorat Inovasi dan Kewirausahaan IPB, akan banyak dihasilkan inovasi IPB yang akan lebih bermakna bila diaplikasikan,” tuturnya.

 

Erika mengemukakan, untuk para mahasiswa, kegiatan ini akan bermanfaat untuk meningkatkan soft skill-nya. Saat ini IPB sedang mengembangkan teaching farm untuk mengakomodir seluruh bidang keilmuan.

 

IPB juga memiliki Sekolah Bisnis dan Sekolah Vokasi, supaya tidak  parsial, hanya satu ilmu saja, ke depan kita akan bersatu padu. “Ke depan IPB akan bersatu padu dalam keilmuan. Teaching farm akan terus dikembangkan sebagai wahana praktik mahasiswa, IPB juga akan mengembangkan pusat inovasi dan technopreneur,” paparnya.

Hadir dalam kegiatan tersebut sebagai narasumber diantaranya: Hendra Wijaya dari Puspiptek;  Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IPB Periode  2010-2011,  Reza Pahlevi;  CEO Digital Amoeba Program,  Fauzan Feishal;   dan Kepala Subdirektorat Kewirausahaan, Direktorat Inovasi dan Kewirausahaan IPB,  Dr  Roza Yusfiandayani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement