Rabu 11 Jan 2023 13:10 WIB

Transformasi Kampus Merdeka

Dunia pendidikan harus mampu beradapasi dengan perubahan.

Salah satu kegiatan Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) Universitas Muhammadiyah.
Foto: Dokumen.
Salah satu kegiatan Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) Universitas Muhammadiyah.

Oleh: Faozan Amar (Dosen Fakultas Ekonomi dan  Bisnis UHAMKA)

Dunia perguruan tinggi telah memasuki babak baru Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Sejak program ini diluncurkan pada 4 Januari 2020, telah terjadi perubahan yang signifikan, baik dalam input, proses, maupun output dari perguruan tinggi.

Pendidikan telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemajuan suatu masyarakat dan bangsa. Begitu juga, perkembangan yang terjadi dari dinamika masyarakat juga memengaruhi dunia pendidikan, baik dari segi kurikulum, proses penyelenggaraan maupun tuntutan output yang dihasilkan. 

Karena itu, jika dunia perguruan tinggi tidak mampu beradaptasi dengan tuntutan perubahan zaman, akan ditinggalkan oleh masyarakat. Sebagai contoh, banyak program studi yang sepi peminat, karena prodi tersebut dianggap sudah ketinggalan zaman sehingga lulusannya dianggap tidak mampu bersaing dalam dunia kerja.

Jadi, hubungan perguruan tinggi dengan masyarakat bagaikan hubungan antara kuda dan gerobak delman serta kusir. Ke mana arah kuda melangkah dan apakah grobak akan mengikuti kuda, bergantung pada kemampuan dalam mengendalikan sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki serta pengalaman menyertainya.   

Dalam penyelenggaraan pen­didikan haruslah mengikuti per­kembangan zaman, sebab jika penyelenggaraan pendidikan pada suatu kelompok masya­ra­kat tidak dapat mengikuti perkembangan zaman, kelompok masyarakat tersebut akan tertinggal dengan ke­lompok masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan perkembangan zaman.           

Pada era dasawarsa sekarang ini, praktik pendidikan formal perguruan tinggi sepenuhnya berubah karena perubahan sosial ekonomi dan kemajuan teknologi yang terjadi di dunia, bukan karena semata-mata adanya kebijakan Kampus Merdeka. Berkat adanya internet, Youtube, dan media sosial lainnya, sumber informasi dan ilmu tidak lagi hanya dari semata-mata institusi pendidikan formal.

Perubahan tersebut menuntut institusi pendidikan untuk bisabertransformasi jika ingin tetap relevan, kontekstual dan tidak dikalahkan oleh globalisasi. Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka telah mendukung keberlangsungan praktik pendidikan formal di perguruan tinggi untuk bisa bertahan dan tetap unggul dalam isu globalisasi tersebut.

Yakni, dengan mendorong dan mendukung transformasi pendidikan tinggi, serta merombak cara belajar mengajar konvensional yang tadinya satu arah menjadi kolaboratif.

Ketika lulusan perguruan tinggi dianggap lebih siap terjun dan mengabdi pada masyarakat, salah satunya ikut berpartisipasi dalam dunia kerja dan menggerakkan roda perekonomian, di situlah kesuksesan terbesar institusi pendidikan. Sehingga ilmu yang diperolehnya selama kuliah di perguruan tinggi, dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

 Hal ini bisa dilihat dari waktu tunggu alumni perguruan tinggi untuk terjun ke masyarakat dan mendapatkan pekerjaan setelah lulus rata-rata nasional adalah 4 bulan. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut; pertama, lulusan program IISMA, yakni Indonesian International Student Mobility Awards yang mendapatkan Beasiswa untuk mendanai siswa-siswi Indonesia dalam mengikuti program mobilitas di beberapa universitas terkemuka dan industri terkemuka di dunia, rata-rata adalah 0.3 bulan.

Kedua, Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) yang merupakan sebuah program pertukaran mahasiswa dalam negeri selama 1 (satu) semester yang akan mengajak para mahasiswa penerus bangsa, untuk mendapatkan pengalaman belajar di perguruan tinggi (PT) terbaik di seluruh Indonesia. Melalui program ini, mahasiswa akan mendapatkan pengakuan kredit hingga 20 SKS. Mahasiswa juga dapat merasakan secara langsung keberagaman budaya nusantara, baik secara tertulis maupun praktik. Lulusan PMM rata-rata masa tunggunya 2.8 bulan untuk diterima bekerja.

Ketiga, Magang dan Studi Independen Bersertifikat atau MSIB adalah salah satu program Kampus Merdeka yang dirancang untuk memastikan mahasiswa mendapatkan keterampilan dan kompetensi utama, terbaik, dan terkini untuk menghadapi dunia masa depan. Mahasiswa mendapat pengalaman belajar di luar kampus selama lebih dari 16 hingga 24 minggu dengan mengkonversi SKS mata kuliah yang diambil. Rata-rata masa tunggu lulusan program MSIB adalah 1.1 bulan.

Dengan demikian, program MBKS telah memberikan dampak positif terhadap lulusan perguruan tinggi. Sehingga lulusannya mampu diserap oleh dunia kerja dengan waktu yang relatif singkat. Bahwa dalam perjalanannya program MBKS telah menimbulkan dinamika dalam dunia pendidikan tinggi, hal tersebut sangatlah wajar. 

Ibarat pesawat, ketika mau terbang pasti menimbungkan guncangan (turbulensi), tetapi tetap aman terkendali selama stakeholder pendidikan mengikuti syarat dan ketentuan yang diberlakukan dengan baik benar. Bukan pesawat terguncang terus-menerus, sehingga membuat tidak nyaman semua penumpang dan seluruh awaknya. 

Beberapa waktu yang lalu, saya mengajak mahasiswa belajar langsung ke kantor perusahaan BUMN dengan mendengarkan materi dari Sekretaris Perusahaan yang bertindak sebagai dosen. Ketika saya minta mahasiswa menuliskan pesan dan kesannya ikut kuliah datang langsung ke perusahaan, semuanya merasa senang dan memberikan kesan positif. 

Mereka puas karena dapat hadir di kantor perusahaan BUMN dan mendapatkan materi langsung dari sumbernya, serta merasakan auranya kantor tempat bekerja. Sebagai bonusnya saya diberikan predikat sebagai dosen sebagai best teacher ever. Padahal, hanya memfasilitasi dan berbagai pengalaman jaringan kepada mahasiswa. 

Jadi ketika seorang praktisi mengajar, tujuannya adalah untuk menciptakan ruang kolaborasi antara praktisi ahli dan dosen agar tercipta pertukaran ilmu dan keahlian yang mendalam dan bermakna antara sivitas akademika di perguruan tinggi dan profesional di dunia kerja. Dosen yang berkolaborasi dengan praktisi bisa memberikan contoh dan menjadi panutan kepada mahasiswanya bahwa ketika kita bergabung dalam masyarakat, kemampuan untuk bisa berkolaborasi lintas profesi dan disiplin ilmu penting untuk dimiliki demi mencapai kemajuan bersama.

Praktisi dalam program ini tidak semerta-merta mendapat “wewenang” mengajar karena mereka tidak mengajar sendiri, tetapi harus berkolaborasi dengan dosen. Kolaborasi ini memperkaya pengalaman belajar mengajar di kelas, yakni dosen atau pengajar bisa mendapatkan afirmasi langsung bahwa ilmu yang diajarkan kepada mahasiswanya jelas sangat signifikan untuk diterapkan ketika mereka lulus dan terjun ke masyarakat nanti.

Prosedur untuk bisa mengikuti program ini juga dirancang untuk menguntungkan perguruan tinggi dan dosen. Praktisi mengajukan pengalaman apa yang mereka bisa kontribusikan di kelas, spesifik ilmu serta lama pengalaman praktiknya. Dosen lalu memilih yang mana yang akan cocok dikolaborasikan di kelas mereka. Perguruan tinggi juga diberikan keleluasaan dalam mengatur kolaborasi yang akan dilakukan, misalnya 1 kolaborasi maksimal 12 jam dengan beberapa praktisi.

 

 

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement