Dampak dari Efek Agresif dan Cara Menghindarinya
Eduaksi | Saturday, 07 Jan 2023, 00:06 WIBKehidupan sehari-hari manusia tidak bakal lepas dari interaksi dengan manusia lain, mulai dari berpapasan, saling tatap-tatapan bahkan saling berkomunikasi hanya sekedar tegur sapa dan basa-basi. Dari peristiwa dan perilaku tersebut biasanya manusia bakal timbul respon positif dan negatif dalam internal dirinya.
Perilaku orang juga dapat digunakan untuk berbagai masalah mekanisme pertahanan dan untuk memproyeksikan orang itu sendiri. Perilaku agresif sendiri tidak hanya diamati dan dilakukan oleh orang dewasa, tetapi juga oleh remaja dan anak-anak. Dan dampak dari perilaku agresif ini tidak hanya berbahaya bagi dirinya, tetapi juga dapat berbahaya bagi orang lainnya. Efek terburuk dari perilaku agresif ini adalah dapat menyebabkan kematian.
Jong (2017:188) menyatakan bahwa perilaku agresif adalah perilaku individu yang menyebabkan cedera pada orang lain atau merusak objek tertentu. yang adalah cedera yang diakibatkan oleh agresi fisik seperti memukul, meninju, meremas, menendang, berkelahi, merusak dan menghancurkan benda. Dan juga dapat menimbulkan luka non fisik seperti: memaki, memaki, menyakiti orang lain, mempermalukan, mengancam dan melecehkan. Jadi perilaku agresif tersebut dapat dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung. Namun perilaku agresif sebaiknya dihindari karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Menurut Bandura (alwisol, 201:296), perilaku agresif adalah perilaku yang diperoleh dari observasi, pengalaman langsung, penguatan positif dan negatif, pelatihan atau perintah, dan keyakinan aneh. Berdasarkan penelitian Bandura, persepsi perilaku agresif mengarah pada respons imitatif yang berlebihan. Pengamat berperilaku lebih agresif daripada modelnya.
Menurut Sarwono dan Meinarno (2015:162), pengertian perilaku agresif adalah tindakan yang disengaja untuk merugikan seseorang atau lembaga terhadap orang atau lembaga lain yang benar-benar disengaja.
Thalib (2017:211) mengatakan bahwa perilaku agresif adalah perilaku destruktif yang dapat menyebabkan luka fisik, kerusakan mental, integritas pribadi, objek dan lingkungan sosial.
Baron dan Richarson (Talibis, 2017: 212) berpendapat bahwa perilaku agresifa dalah jenis perilaku yang bertujuan menyakiti atau menyakiti
orang lain, baik secara fisik maupun verbal.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah perilaku yang dilakukan dengan sengaja dengan maksud merugikan atau merugikan individu lain melalui pembelajaran, pengamatan dan pengalaman yang diperoleh dengan cara yang dapat ditiru untuk memenuhi keinginan dengan merugikan orang lain.
Bentuk-bentuk Perilaku Agresif
Menurut Jong (2017: 196) dibagi sebagai berikut:
a. Perilaku agresif terbuka
Mengancam
Memukul
Mencari pertengkaran dengan orang tua dan guru
Mengomel
Meledek
Membully
Berkelahi
Dan berperilaku nakal
b. Perilaku agresif tertutup
Mencuri
Menipu
Berbohong
Berbuat curang
Menggarong
Vandalisme
Membuat rumor
Memeras
Merendahkan
Memaki
Mengunci diri
c. Perilaku agresif reaktif
Emosi berlebihan
Bereaksi marah atau geram terhadap suatu kejadian
Mengancam
Kefrustrasian
d. Perilaku agresif proaktif
Dalam hal ini individu menyadari bahwa ia melakukan agresi untuk mencapai suatu tujuan, seperti memberikan kesan seolah-olah, atau membuat barang-barang seseorang lebih praktis berguna. Dalam hal ini terdapat juga kondisi dimana individu berdarah dingin, dan tidak memiliki perilaku empati.
Menurut Adler (dalam Alwisol, 2014: 78) ada tiga bentuk agresif
diantaranya yaitu:
a. Merendahkan (depreciation)
Depreciation adalah kecenderungan individu untuk menilai pencapaian orang lain sebagai rendah dan pencapaiannya sendiri sebagai tinggi. Kecenderungan defensif ini terlihat pada perilaku agresif seperti sadisme, gosip, iri hati, dan intoleransi. Tujuan penghapusan ini adalah untuk memfitnah orang lain agar terlihat lebih baik dibandingkan penderitanya.
b. Menuduh (accusation)
Accusation merupakan kecenderungan individu menyalahkan orang lain atas kegagalan yang telah dilakukannya sendiri, dan kecenderungan untuk mencari cara membalas dendam sehingga dapat mengamankan kelemahan harga dirinya. Perilaku seperti ini biasanya terjadi pada penderita narkotik dengan sering berperilaku membuat lingkungannya menderita lebih dari dirinya.
c. Menuduh diri sendiri (self-accusation)
Self-accusation merupakan kecenderungan individu melakukan perilaku menyiksa diri sendiri dan perasaan berdosa atau bersalah. Perilaku menyiksa diri ini biasanya terjadi pada penderita masokisme, depresi, dan bunuh diri, yang maknanya mengamankan agar kekuatan neurotik tidak menyakiti orang lain yang dekat dengan penderita.
Menurut Soemantri (2012: 44) keagresifan dapat terungkap dalam berbagai bentuk tingkah laku diantarannya yaitu:
a. Agresif yang bersifat fisik, serangan langsung pada objek agresi.
b. Ledakan agresi, berupa tingkah laku yang tidak terkontrol seperti tempertantrum.
c. Agresif verbal, berupa dusta, marah, mengancam, dan sebagainya.
d. Agresif tidak langsung, misalnya merusak barang milik orang lain yangmenjadi objek agresi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku agresif
menurut Jong (2017: 203-204) adalah sebagai berikut:
a. Faktor Personal
Bakat atau genetik
Rendahnya tingkat keinginan (aktivasi), rendahnya denyut jantung,
lebih sedikit berkeringat
Terjadi komplikasi saat kehamilan atau saat dilahirkan
Inteligensi rendah
Adanya komordibitas dengan gangguan lain
Buruknya perkembangan kemampuan pengendalian diri, kognitif,sosial, dan kepekaan sosial
Prestasi sekolah buruk
Penyalahgunaan obat-obatan
b. Faktor Orang Tua dan Keluarga
Orang tua tunggal
Ibu usia muda
Perceraian
Ibu menggunakan alkohol dan rokok saat kehamilan
Salah satu orang tua memiliki masalah psikis
Orang tua memiliki masalah relasi, keluarga, ketegangan, dan stress
Tidak memiliki struktur, keterlibatan dan evaluasi tentang perbuatan anak oleh orang tua
Konflik dan masalah interaksi antara orang tua dan anak, orang tua otoriter dan keras
Isolasi sosial terhadap keluarga
c. Faktor Lingkungan
Rendahnya status ekonomi
Kemiskinan
Pengaruh peergroup
Pendidikan yang buruk
Lingkungan perumahan yang tertinggal
Kekerasan ditelevisi
Kurang pengawasan pada anak-anak
Lingkungan perumahan dengan banyaknya pendatang baru yang tidak dikenal
Masalah penyesuaian diri dengan budaya
Cara Menghindarinya
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.