Ahad 25 Dec 2022 19:01 WIB

Ekspatriat di Arab Saudi Sambut Keceriaan Natal

Keceriaan natal disambut ekspatriat Arab Saudi

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Natal di Arab Saudi
Foto: Arab News
Natal di Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID,JEDDAH -- Beberapa tahun yang lalu, Natal adalah perayaan sederhana di Arab Saudi, dirayakan oleh ekspatriat di balik pintu tertutup. Saat ini, berkat lingkungan dan budaya toleransi beragama, masa perayaan ini dirayakan secara terbuka dan dinikmati oleh ekspatriat dan warga negara.

Di salah satu lingkungan tersibuk di Jeddah, lagu Mariah Carey “All I Want for Christmas Is You” berembus dari toko roti setempat. Pelanggan toko terlihat asik mengemil kue gula berbentuk kepingan salju dan roti jahe, serta menyesap cokelat panas dengan krim kocok di atasnya.

Baca Juga

Kurang dari satu dekade yang lalu, pemandangan seperti ini tidak mungkin ditemukan di mana pun di Arab Saudi, negara di mana perayaan Natal secara publik tidak terpikirkan. Sekarang, simbol, lagu dan tradisinya telah terserap ke dalam kehidupan komersial dan sosial kota-kota Saudi.

Acara keagamaan non-Islam, seperti Natal, dulu ada dan dirayakan di Arab Saudi. Namun sebagian besar dilakukan secara rahasia atau di balik tembok tinggi kompleks, yang hanya ditempati oleh ekspatriat dan dioperasikan oleh perusahaan swasta.

 

Sebuah artikel tahun 1971 berjudul “Christmas in Dhahran”, diterbitkan di majalah Saudi Aramco yang berbasis di Texas, menceritakan kisah bagaimana hari raya itu dirayakan di “jantung Muslim Timur Tengah", dengan satu perbedaan besar. Mereka menggunakan unta asli untuk kontestasi Natal mereka.

Artikel tersebut mencatat bagaimana kompleks pekerja minyak di Dhahran pernah disebut dalam pers AS sebagai pinggiran kota California selatan yang khas, ditransplantasikan 8.500 mil di timur New York.

Selanjutnya, digambarkan pula bagaimana sebuah kontes Natal diadakan di lapangan softball lokal di tahun itu. Acara ini menarik perhatian 2.000 penonton, yang sebagian besar terbungkus selimut melawan dinginnya gurun.

Kontes tersebut menampilkan pria, wanita dan anak-anak, paduan suara malaikat, serta tiga kapal gurun yang megah. Satu kapal untuk masing-masing dari tiga orang bijak.

Salah satu orang bijak, yang merasa ragu menaiki unta, mengungkapkan keprihatinannya kepada Nasser Fahad Dossary, seorang master unta Saudi dan veteran dari banyak kontes. "Jangan khawatir. Aku belum pernah kehilangan orang bijak," kawab Nasser.

Jendela dan atap di komunitas Aramco ini dihiasi dengan karangan bunga, lampu, rusa kutub, kereta luncur dan manusia salju. Warga diketahui mengadakan kompetisi untuk menentukan siapa yang memiliki dekorasi Natal terbaik.

Dalam sebuah wawancara pada 2020 silam, Pensiunan eksekutif Aramco Ali M. Baluchi menveritakan bagaimana dia dulu membantu rekan-rekan dari luar negeri mempersiapkan perayaan Natal mereka.

“Hari-hari itu menyenangkan dan indah. Itu mengingatkan saya pada hari-hari baik yang kita semua bagikan dan nikmati bersama,” katanya dikutip di Arab News, Ahad (25/12/2022).

Keluarga di komunitas perumahan berpagar itu seringkali harus kreatif dalam mencari alternatif selain pohon Natal tradisional, seperti pohon palem kecil yang dihiasi ornamen. Otoritas bea cukai Saudi telah lama melarang impor tumbuhan runjung hijau.

 

Makan malam Natal tradisional biasanya disiapkan untuk sekelompok kecil tamu, agar tidak menarik perhatian yang tidak diinginkan. Bahkan jika perlu makanan pokok seperti kalkun panggang harus diganti dengan alternatif yang lebih tersedia, seperti daging domba.

Meskipun ribuan pekerja asing dan keluarga mereka dari berbagai latar belakang agama telah tinggal di Arab Saudi selama bertahun-tahun, baru belakangan ini praktik publik agama selain Islam diizinkan.

Pada 2016, Putra Mahkota Mohammed bin Salman meluncurkan Visi Saudi 2030. Bersamaan dengan itu, muncul serangkaian reformasi yang akan membuka potensi Kerajaan dan menciptakan masyarakat yang ambisius, kuat dan bersemangat, dengan ekonomi yang terdiversifikasi dan memprioritaskan kualitas hidup.

Selama enam tahun terakhir, Visi 2030 telah menciptakan budaya toleransi dan keterbukaan. Institusi keagamaan Kerajaan sedang direstrukturisasi dan sistem pemerintahannya, berdasarkan ajaran Alquran, sedang diperiksa ulang dengan hati-hati.

Putra mahkota disebut sedang merencanakan jalan baru dan lebih modern untuk negara itu, bersumpah untuk kembali ke “Islam moderat". Ia menyebut Arab Saudi adalah megara yang toleran, dengan Islam sebagai konstitusi dan moderasi sebagai metodenya.

“Kami hanya kembali ke apa yang kami ikuti, Islam moderat yang terbuka untuk dunia dan semua agama," ujar dia. Transformasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di Arab Saudi ini tidak pernah lebih jelas terlihat, daripada saat Natal.

Saat ini, kafe, restoran, toko perlengkapan pesta dan mal di seluruh Kerajaan dihiasi dengan lampu dan dekorasi yang berkelap-kelip. Pembeli dapat menemukan pohon, ikat kepala rusa, topi Santa, pernak-pernik warna-warni dengan berbagai bentuk dan ukuran, suguhan bertema Natal dan bungkus kado.

Meski Natal bukanlah tradisi Islam, banyak umat Islam yang meyakini ini adalah waktu untuk berbagi kebahagiaan bagi mereka yang senang berkumpul dengan teman, keluarga dan tetangga.

“Sebagai Muslim, kami memahami hari raya ini bukan bagian dari agama kami. Tapi karena kami adalah bangsa dengan banyak kebangsaan, kami merayakan hari raya kami dengan semua orang dan kami merayakan hari raya mereka,” kata seorang wanita Saudi yang tidak mau disebutkan namanya.  

Sumber:

https://www.arabnews.com/node/2221331/saudi-arabia

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement