Jumat 16 Dec 2022 16:20 WIB

Geopolitik Soekarno Dinilai Bertujuan Bangun Indonesia Sebagai Pemimpin Dunia

Pemikiran Soekarno basisnya kepentingan nasional bangsa Indonesia.

Hasto Kristiyanto dalam sambutan Seminar Nasional Tantangan TNI AU dalam Perkembangan Teknologi Elektronika Penerbangan secara virtual, Selasa (8/11/2022).
Foto: Dok Republika
Hasto Kristiyanto dalam sambutan Seminar Nasional Tantangan TNI AU dalam Perkembangan Teknologi Elektronika Penerbangan secara virtual, Selasa (8/11/2022).

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Doktor Ilmu Pertahanan, Hasto Kristiyanto, menyatakan Geopolitik Soekarno bertujuan untuk membangun kepemimpinan Indonesia bagi dunia. Dan mewujudkannya, memerlukan tradisi intelektual berupa prnguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dan diplomasi internasional.

“Karena itulah kampus menjadi medium yang sangat baik untuk menyampaikan pemikiran geopolitik Soekarno,” kata Hasto, yang berbicara dalam seminar ilmiah dosen dalam rangka dies natalies Universitas Sanata Dharma (Sadar) Yogyakarta, pada  Jumat (16/12/2022).

Baca Juga

Menurut Hasto, itu pula yang membuat dirinya kerap berbicara dengan sivitas akademika dan kampus, termasuk Sadar Yogyakarta. Menurutnya, menggelorakan pemikiran Geopolitik Bung Karno dan peran dari perguruan tinggi menjadi relevan.

“Sehingga dari kampus inilah bergelora semangat untuk menjadikan Indonesia terdepan dalam penguasaan ilmu-ilmu dasar, ilmu dan teknologi dan kemudian meletakkan pilar-pilar kemajuan bagi bangsa dan negara,” ujarnya.

“Kenapa harus pemikiran Soekarno yang menjadi basisnya?” Tanya wartawan.

Menurut Hasto, karena pemikiran Soekarno basisnya kepentingan nasional bangsa Indonesia. Dan mengandung spirit untuk membebaskan dunia dari imperialisme dan kolonialisme. 

“Dan melalui pendidikan kita membangun kekuatan intelektual itu. Membangun daya imajinasi bagi seluruh mahasiswa dan sivitas akademika di kampus. Dengan demikian akan terbangun spirit memajukan Indonesia raya kita,” tegas Hasto.

Dalam paparannya di seminar, Hasto juga menjelaskan sejumlah poin kunci kemajuan universitas di Indonesia. Yakni kampus harus mengedepankan model pendidikan yang berkemajuan, develop the intellectual firepower, serta developing skills and talent pools.

Kedua, kampus harus bertumpu pada kompetensi dasar, sehingga harus concern pada literasi, numerasi, dan sains.

Ketiga, universitas harus menjadi pusat riset, inkubasi, dan inovasi, update dengan case-study dan isu terkini.

“Seperti misalnya: food security, energy security, aging societies, renewable and green energy, maupun health care,” urai Hasto.

Selanjutnya kampus harus berorientasi masa depan dengan multi-disciplinary studies. Lalu universitas harus memperkuat Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics sebagai akses kemajuan.

“Terakhir universitas harus memanfaatkan teknologi informasi untuk meleverage kemajuan tanpa terjebak pada kemapanan sosial media,” pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement