Jumat 09 Dec 2022 15:05 WIB

Misi Kemanusiaan PBB di Palestina Dikhawatirkan Terganggu Kebijakan Visa Israel

Israel telah menolak mengeluarkan visa kepada para pejabat dari Kantor PBB.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Pasukan keamanan Israel mengambil posisi selama bentrokan dengan pengunjuk rasa Palestina setelah pemakaman Mufid Khalil di desa Beit Ummar, Tepi Barat, dekat Hebron, Selasa, 29 November 2022. PBB menyampaikan keprihatinan atas penolakan Israel memberikan visa masuk kepada para personel PBB.
Foto: AP/Mahmoud Illean
Pasukan keamanan Israel mengambil posisi selama bentrokan dengan pengunjuk rasa Palestina setelah pemakaman Mufid Khalil di desa Beit Ummar, Tepi Barat, dekat Hebron, Selasa, 29 November 2022. PBB menyampaikan keprihatinan atas penolakan Israel memberikan visa masuk kepada para personel PBB.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- PBB menyampaikan keprihatinan atas penolakan Israel memberikan visa masuk kepada para personel PBB. Tindakan itu dikhawatirkan akan mempengaruhi pekerjaan kemanusiaan PBB di wilayah Palestina.

Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stephane Dujarric mengatakan, keputusan Israel menolak menerbitkan visa untuk para personel PBB dapat memiliki efek jangka panjang signifikan. Khususnya terhadap kemampuan komunitas internasional untuk mendukung warga Palestina yang membutuhkan.

Baca Juga

“Kami tentu saja tetap terlibat dengan pihak berwenang Israel dalam masalah ini dan kami berharap ini bisa diselesaikan,” kata Dujarric, Kamis (8/12/2022), dikutip laman Anadolu Agency.

Sebelumnya Kementerian Luar Negeri Israel telah menolak mengeluarkan visa kepada para pejabat dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemausiaan (OCHA). Israel menuduh para staf di badan kemanusiaan tersebut telah “meremehkan” jumlah warga sipil Israel yang tewas atau terluka akibat serangan teror warga Palestina.

Sementara itu, pada Kamis lalu, pasukan Israel kembali menembak mati tiga warga Palestina di Tepi Barat. Hal itu terjadi ketika mereka melakukan operasi penggerebekan di sebuah kamp pengungsi di Jenin.

Sejumlah saksi mengungkapkan, pasukan Israel berskala besar melakukan penyerbuan dan penggerebekan ke kamp pengungsi di Jenin. Hal itu seketika memicu bentrokan dengan penduduk lokal Palestina. “Tiga warga Palestina ditembak mati oleh pasukan Israel dari jarak dekat. Ketiganya belum teridentifikasi,” kata kantor berita Palestina, WAFA, dalam laporannya.

Setidaknya 10 warga Palestina lainnya dilaporkan turut terluka akibat tembakan pasukan Israel. Mereka segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.  Menurut WAFA, selama operasi penggerebekan berlangsung, pasukan Israel juga melepaskan tembakan ke arah ambulans. Namun petugas medis yang berada di dalamnya berhasil selamat.

Pada Rabu (7/12/2022) lalu, pasukan Israel juga menembak mati seorang warga Palestina di dekat kota Silwad, Tepi Barat. Kementerian Urusan Sipil Palestina mengatakan, warga yang tewas itu teridentifikasi bernama Muhajid Mahmoud Hamed (32 tahun).

Menurut militer Israel, pembunuhan terhadap Hamed dilakukan karena dia diyakini melepaskan tembakan ke arah pos militer Israel di sebelah Ofra, sebuah permukiman Israel di selatan Silwad. “Selama pengejaran, tersangka melihat tentara, keluar dari kendaraan dan menembaki mereka. Para prajurit menanggapi dengan tembakan langsung dan menetralisir penyerang,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Al Arabiya.

Menurut WAFA, sepanjang tahun ini Israel telah membunuh 216 warga Palestina. Sebanyak 164 korban berada di Tepi Barat dan sisanya merupakan warga Jalur Gaza. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement