Selasa 06 Dec 2022 03:27 WIB

Mengenal Peristiwa Cartington, Badai Matahari Mengerikan yang Hantam Bumi pada 1859

Peristiwa Cartington memicu aurora sejauh selatan Kuba dan Columbia.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Badai Matahari (ilustrasi)
Badai Matahari (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada tahun 1859, serangkaian Coronal Mass Ejectios (CME) yang cepat menghantam bumi selama badai matahari yang sekarang dikenal sebagai Peristiwa Carrington atau Badai Matahari 1859. Peristiwa ini memicu aurora sejauh selatan Kuba dan Columbia, mendatangkan malapetaka dengan sistem telegraf dunia pada saat itu.

CME sangat berbahaya karena bisa menghancurkan satelit, mengganggu komunikasi, dan melumpuhkan jaringan listrik. Ilmuwan di University of Warwick, Ravindra Desai mengatakan CME secara berkala meletus dari permukaan matahari yang dipicu oleh kondisi medan magnet yang tidak stabil. 

Baca Juga

Jika peristiwa ledakan CME seperti itu terjadi hari ini, peristiwa tersebut akan menyebabkan pemadaman listrik yang meluas dan hilangnya layanan satelit. Hilangnya layanan satelit akan memengaruhi komunikasi, transaksi keuangan, manajemen lalu lintas, dan masih banyak lagi. Tentunya, hal ini bisa merugikan ekonomi dunia triliunan dolar.

Ada sebuah peristiwa yang dianggap sebanding dengan Peristiwa Carrington terjadi pada tahun 2012, tetapi nyaris meleset dari bumi dalam waktu dua pekan. Awal tahun pada Februari 2022 badai matahari melumpuhkan 40 satelit Starlink SpaceX.

Peristiwa cuaca luar angkasa yang ekstrem bisa diramalkan

Desai menggunakan simulasi komputasi performa tinggi yang dengan sendirinya meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan persamaan diferensial kompleks yang menggambarkan sistem Matahari–Bumi.

“Saya juga menggunakan data dari misi satelit terbaru, Solar Orbiter dan Parker Solar Probe dan akan menggunakan instrumen di Lunar Gateway Space Station yang akan menjadi stasiun luar angkasa pertama manusia di orbit bulan,” ujarnya.

Desai bekerja sama dengan Met Office, yang merupakan salah satu dari tiga pusat di seluruh dunia yang membuat prakiraan cuaca luar angkasa 24 jam. “Proyek saya saat ini memberikan beberapa hasil dari model kami untuk membantu mereka meramalkan peristiwa ekstrem,” tuturnya.

Dikutip Sky At Night Magazine, Senin (5/12/2022), peristiwa cuaca luar angkasa dapat berdampak buruk bagi astronot karena paparan radiasi. Memahami dan mampu meramalkan peristiwa cuaca luar angkasa yang ekstrem akan membantu era baru penjelajahan berawak di luar bumi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement