Senin 05 Dec 2022 14:15 WIB

Demo di Suriah Rusuh, Pengunjuk Rasa Tewas Setelah Geruduk Gedung Pemerintahan

Tujuh pengunjuk rasa lainnya terluka dalam insiden tersebut.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Seorang pengunjuk rasa dan seorang petugas polisi tewas dalam demonstrasi anti pemerintahan di provinsi Sweida yang mayoritas penduduknya Druze, Suriah, Ahad (4/12/2022) waktu setempat.
Foto: AP
Seorang pengunjuk rasa dan seorang petugas polisi tewas dalam demonstrasi anti pemerintahan di provinsi Sweida yang mayoritas penduduknya Druze, Suriah, Ahad (4/12/2022) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Seorang pengunjuk rasa dan seorang petugas polisi tewas dalam demonstrasi anti pemerintahan di Provinsi Sweida yang mayoritas penduduknya Druze, Suriah, Ahad (4/12/2022) waktu setempat. Sekurangnya tujuh pengunjuk rasa lainnya terluka dalam insiden tersebut.

Aksi protes jarang terjadi di negara pimpinan Presiden Bashar al-Assad yang membasmi pemberontakan pro-demokrasi lebih dari satu dekade lalu. Assad selamat dari perang saudara yang diakibatkannya tetapi konflik tersebut telah menjerumuskan Suriah ke dalam kemiskinan, ditambah dengan krisis ketahanan pangan dan energi.

Baca Juga

Meskipun Sweida umumnya terhindar dari pertempuran, protes antikorupsi telah terjadi di provinsi tersebut selama beberapa tahun terakhir. Pada Ahad, puluhan warga berkumpul di dekat gedung gubernur Sweida. Mereka memprotes dan mengeluhkan kesulitan ekonomi dan meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah sebelum sebagian masuk ke dalam gedung.

Menteri dalam negeri Suriah mengatakan orang-orang yang menggerebek gedung itu bersenjata, dan mereka menghancurkan furniture, memecahkan jendela, dan menjarah file. Dia mengatakan seorang petugas polisi tewas setelah pengunjuk rasa menyerang sebuah kantor polisi.

Kolektif media aktivis, Suwayda 24, dan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah kelompok oposisi yang berbasis di Inggris, mengatakan pasukan keamanan menembakkan peluru tajam ke arah pengunjuk rasa. Satu video dari kolektif menunjukkan pengunjuk rasa membawa seorang pria berdarah dari pahanya.

“Pasukan keamanan dikerahkan dalam jumlah besar di daerah itu, dan Anda masih bisa mendengar suara tembakan,” kata Rayan Maalouf, ketua kelompok Suwayda 24 dikutip laman Guardian, Senin (5/12/2022).

Nashaat al-Atrash, seorang legislator Druze di parlemen Suriah, mengutuk pengunjuk rasa karena menyerbu gedung gubernur dan menyerukan ketenangan. “Seluruh Suriah sedang mengalami krisis ekonomi,” katanya di televisi Al-Ikhbaria. IA mengeklaim bahwa pasukan luar dapat mencoba memicu ketegangan.

Setelah serangan ISIS di Sweida pada 2018, lebih banyak warga mengangkat senjata untuk melindungi lingkungan mereka. Aktivis lokal melaporkan bentrokan musim panas lalu antara penduduk bersenjata dan kelompok bersenjata yang bersekutu dengan pemerintah Suriah dan badan keamanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement