Jumat 02 Dec 2022 09:20 WIB

Siswa SLB se-Kabupaten Semarang Diberikan Ruang Berkreasi

Mereka mampu berkreasi dan bahkan juga bisa berprestasi.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Anak- anak penyandang disabilitas dari berbagai Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Home Schooling di Kabupaten Semarang menampilkan ragam kreasi tari dalam memperingati Hari Disabilitas Internasional (HDI), yang diinisiasi oleh Ketua Komunitas Budaya Karangjati Nyawiji, di di gedung Nayaka Praja, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Kamis (1/12)
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Anak- anak penyandang disabilitas dari berbagai Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Home Schooling di Kabupaten Semarang menampilkan ragam kreasi tari dalam memperingati Hari Disabilitas Internasional (HDI), yang diinisiasi oleh Ketua Komunitas Budaya Karangjati Nyawiji, di di gedung Nayaka Praja, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Kamis (1/12)

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Sedikitnya 75 anak penyandang disabilitas dari berbagai Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Home Schooling menampilkan ragam kreasi tari dan pamer beragam hasil kerajinan tangan.

Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional (HDI) yang diinisiasi oleh Ketua Komunitas Budaya Karangjati Nyawiji, di Gedung Nayaka Praja, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Penyelenggara kegiatan, Mochtar Widiyanto mengatakan, pentas  ini digelar untuk memberikan ruang berkreasi kepada anak-anak berkebutuhan khusus di berbagai lembaga pendidilan di Kabupaten Semarang.

Kebetulan, momentumnya mendekati HDI yang jatuh pada 3 Desember 2022 nanti. "Kami berikan ruang dan ajang anak-anak difabel untuk berekspresi," ungkapnya, yang ditemui di sela kegiatan.

Segenap panitia, jelasnya, bersyukur sembilan SLB dan dua home schooling anak difabel yang ada di Kabupaten Semarang turut berpartisipasi dalam kegiatan yang juga dihadiri Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen ini.

Mochtar menambahkan, Komunitas Budaya Karangjati Nyawiji selama ini memang konsern dalam berbagai kegiatan sosial, budaya, serta arkeologi di Kabupaten Semarang.

Dalam penyelenggraan kegiatan ini, komunitas budaya itu termotivasi karena anak-anak berkebutuhan khusus (tak terkecuali di Kabupaten Semarang) juga memiliki hak yang sama untuk berkreasi dan berekspresi.

Harapannya selain pendidikan yang sudah didapatkan di sekolah, mereka juga bisa berkreasi dan berekspresi di luar lingkungan sekolah di tengah-tengah masyarakat.

"Mereka, yang sebagian masih dipandang sebelah mata, ternyata mampu berkreasi dan ternyata juga bahkan juga bisa berprestasi baik di bidang seni budaya maupun bidang olahraga," katanya.

Ia juga mengapresiasi dukungan Ketua DPRD Kabupaten Semarang, Bondan Marutohening yang turut hadir dalam kegiatan ini dan menyarankan avar skupnya diperluas lagi.

Misalnya menggandeng anak-anak difabel yang ada di SLB maupun  di daerah lainnya di Jateng. "Sehingga kegiatan ini ke depannya akan lebih semarak," tegasnya.

Kegiatan juga dimaksudkan agar anak-anak berkebutuhan khusus tidak minder atau berkecil hati. Namun tetap bangga dengan berbagai kekurangan dan kelebihan yang dimiliki.

Pesan kepada masyarakat, jangan pernah mengucilkan anak berkebutuhan khusus. Karena apa yang mereka miliki adalah sebuah anugerah. "Anak-anak difabel memiliki nilai sendiri, apapun yang dilakukan mereka tetap akan bisa membuat kita terkesan," ujar dia, menekankan.

Sementara itu, berbagai kesenian ditampilkan dalam kegiatan ini, mulai seni suara, seni tari, seni lukis, drama, pantomim, dan masih banyak lagi untuk menghibur warga di Kabupaten Semarang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement