Jumat 25 Nov 2022 12:40 WIB

Guru Agama Pencegah Konflik di Gempa Cianjur

Para guru agama ini sangat berperan untuk tidak terjadinya bencana kedua.

 Kerabat berduka saat pemakaman seorang pria yang meninggal dalam gempa berkekuatan 5,6, di Cianjur, Indonesia, 24 November 2022. Gempa melanda barat daya Kabupaten Cianjur di Provinsi Jawa Barat pada 21 November, menewaskan 271, menurut National Indonesia Badan Penanggulangan Bencana.
Foto: EPA-EFE/ADI WEDA
Kerabat berduka saat pemakaman seorang pria yang meninggal dalam gempa berkekuatan 5,6, di Cianjur, Indonesia, 24 November 2022. Gempa melanda barat daya Kabupaten Cianjur di Provinsi Jawa Barat pada 21 November, menewaskan 271, menurut National Indonesia Badan Penanggulangan Bencana.

Oleh : KH Rakhmad Zailani Kiki

REPUBLIKA.CO.ID, Selamat Hari Guru! Di Cianjur, saya tergabung dalam organisasi FKDT (Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah) Kecamatan Sukaresmi. Untuk obyektifitas korban gempa di Cianjur, saya sangat percaya dengan FKDT ini,  organisasi guru agama/keislaman karena di Cianjur ini mereka bukan hanya guru di kelas, tapi juga guru di masyarakat yang dihormati.

Seperti Ketua FKDT Kec. Sukaresmi, H Henang yang juga Sekretaris MUI Kec. Sukaresmi. Beliau ini orang yang pertama kali, di pagi hari, yang saya temui di hari kedua gempa Cianjur (Selasa, 22/11/2022) di gedung yayasannya, Aminiyah, di Ciwalen yang juga mengalami kerusakan karena gempa. 

Begitupun saat memberikan bantuan bencana di Cugenang, pusat gempa Cianjur yang terdampak sangat parah dengan korban jiwa terbanyak, di hari Selasa (hari kedua gempa) saya langsung kontak Ketua FKDT Kecamatan Cugenang,  Ustadzah Siti Nurhalimah dan langsung berkunjung di rumahnya yang di depannya persis adalah halaman Musholla Aljihad yang dijadikan pos pengungsian untuk warga kampungnya, Kampung Cariu Wetan, Desa Mangunkerta, Kec. Cugenang, Cianjur. 

Walau rumahnya juga rusak kena gempa, tapi Ustadzah Siti Nurhalimah  tampil memimpin warganya membuat pos pengungsian. Saya lihat sendiri orang-orang hormat padanya dan taat pada perintahnya, baik orang tua maupun anak muda. 

Ustadzah Siti Nurhalimah juga dikenal dan dihormati sampai di kampung lain. Saya lihat sendiri ketika saya menemaninya berkunjung di 5 RT atau 5 pos pengungsian yang berada di luar kampungnya. 

Guru agama seperti ini bukan hanya Ustadzah Siti Nurhalimah saja di Cianjur ini. Masih banyak lagi yang saya lihat langsung. Mereka, para guru agama ini, sangat berperan untuk tidak terjadinya bencana kedua (second disaster) dalam bentuk konflik antar penyintas/korban gempa karena adanya kecemburuan pembagian bantuan bencana yang dianggap tidak adil, tidak merata.

Kepada guru agama seperti Ustadzah Siti Nurhalimah inilah para korban bencana gempa mempercayainya untuk mendapatkan keadilan dari bantuan bencana untuk mereka.

 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement