Sabtu 12 Nov 2022 08:30 WIB

Perpusnas RI Sentuh 750 Ribu Partisipan dalam Program Peningkatan Literasi

Kecintaan masyarakat terhadap bacaan masih tinggi.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Muhammad Fakhruddin
Perpusnas memberikan apresiasi kepada masyarakat karena telah berupaya menumbuhkembangkan budaya kegemaran membaca dan literasi di Indonesia.
Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Perpusnas memberikan apresiasi kepada masyarakat karena telah berupaya menumbuhkembangkan budaya kegemaran membaca dan literasi di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) menjalankan sejumlah program peningkatan literasi sepanjang 2022, salah satunya mendorong perluasan akses bacaan hingga luar belajar di tengah masyarakat. Setidaknya sudah ada 750 ribu orang yang tersentuh program-program peningkatan literasi tersebut.

"Hasil pelatihan literasi yang kita berikan di tahun ini sudah mencapai 750 ribu partisipan," ujar Kepala Perpusnas RI, Muhammad Syarif Bando, di Gedung Perpusnas RI, Jakarta, Jumat (11/11/2022).

Baca Juga

Syarif Bando mengatakan, program tersebut di antaranya mendorong perluasan akses bacaan hingga ruang belajar di masyarakat. Dia mengaku percaya program seperti itu akan efektif untuk meningkatkan literasi masyarakat di seluruh penjuru Tanah Air. Untuk program itu pihaknya menggelontorkan anggaran hingga Rp280 miliar. "Target kami 20 ribu di 2022 justru partisipannya sudah 750 (ribu)," kata dia.

Melihat capaian yang melampaui target itu, Syarif Bando menilai, kecintaan masyarakat terhadap bacaan masih tinggi. Menurut dia, hal tersebut akan selaras juga dengan peningkatan literasi di tanah air. Program itu kata dia juga menegaskan jika perpustakaan masih menjadi mercusuar di tengah masyarakat. Hal itu menjadi kekuatan tersendiri bagi perpustakaan saat ini.

"Itulah sebabnya perpustakaan adalah benteng demokrasi yang paling penting di seluruh dunia," jelas Syarif Bando.

Dia juga mengungkapkan, kehadiran perpustakaan di tengah masyarakat akan selalu dibutuhkan. Dia menyebut perpustakaan sebagai jantung bagi dunia pendidikan. "Kehadiran perpustakaan sebagai jantung pendidikan selamanya akan menjadi strong point," ujar dia.

Syarif Bando juga menyatakan, perpustakaan dapat menjadi jembatan emas bagi masyarakat, terutama untuk meningkatkan kualitas hidup. Perpustakaan, kata dia, adalah media penerang terhadap perkembangan intelektual masyarakat.

"Terlebih, perpustakaan yang timbul dari keinginan masyarakat akan menjadikan kegiatan di perpustakaan ramai dan bermanfaat," tutur Syarif Bando.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement