Rabu 09 Nov 2022 19:12 WIB

Arif Satria Terpilih Menjadi Rektor IPB 2023-2028 Secara Aklamasi

Arif bertekad membawa IPB University berkontribusi mengatasi ancaman krisis pangan.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Agus raharjo
Rektor IPB University Prof Arif Satria.
Foto: Dok IPB University
Rektor IPB University Prof Arif Satria.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR— Arif Satria kembali terpilih menjadi Rektor IPB University untuk yang kedua kalinya. Arif Satria terpilih menjadi Rektor IPB University Periode 2023-2028 secara aklamasi pada Rabu (9/11/2022).

Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) IPB University, Tridoyo Kusumastanto, menyebutkan pada awalnya pencalonan Rektor IPB masa jabatan periode 2023-2028 ini diikuti 20 peserta. Saat ditanya kesiapan para peserta untuk maju sebagai Rektor IPB University, hanya tersisa enam peserta yang menyatakan diri siap untuk maju ke tahap selanjutnya.

Baca Juga

Setelah itu, lanjut dia, berkas atau dokumen administrasi pun diserahkan ke enam peserta dan dilakukan verifikasi oleh Senat Akademik (SA) IPB University. Setelah dilakukan evaluasi keabsahan dokumen, hanya tersisa dua peserta yang memenuhi syarat maju sebagai calon Rektor IPB University yakni Arif Satria dan Sahara.

Tridoyo menyatakan, hasil Sidang Paripurna Terbuka MWA IPB 'Dengar Pendapat Calon Rektor dengan Pemangku Kepentingan' yang dilakukan di Kampus IPB Baranangsiang, Rabu (9/11/2022), Arif Satria terpilih secara aklamasi sebagai Rektor IPB University periode 2023-2028.

"Prof Arif Satria diumumkan sebagai rektor terpilih secara aklamasi pada pukul 13.09 WIB," kata Tridoyo dalam konferensi pers, Rabu (9/11/2022).

Sementara itu, Rektor IPB University terpilih, Arif Satria mengapresiasi dan menyambut baik proses pencalonan yang sudah berjalan dengan baik ini. Ia menuturkan, tantangan IPB University saat ini berbeda dengan lima tahun lalu. Di ruangan yang sama saat ia pertama kali terpilih sebagai Rektor IPB University, dirinya berbicara tentang distrupsi revolusi industri 4.0.

Akan tetapi, Arif mengatakan, dua tahun belakangan ini, isu yang berkembang sudah berubah. Dimana Indonesia dihadapkan dengan isu pandemi Covid-19 dan masalah perang geopolitik yang berdampak serius pada tatanan global.

Sedangkan, IPB University pun dituntut untuk bisa merespons tantangan perubahan ini dengan membuat langkah konkret bagi masyarakat. Arif menyebutkan, hal yang paling konkret di masyarakat adalah bagaimana harus siap memberikan kontribusi untuk mengatasi ancaman krisis pangan.

Atas hal itu, IPB University dibawah kepemimpinannya akan terus tetap berkontribusi secara positif melakukan aksi-aksi nyata di masyarakat untuk mengatasi krisis pangan tersebut. "Kekuatan yang dimiliki IPB adalah kekuatan inovasi, inovasi sudah sangat banyak dan relevan, ketika harus menghadapi tantangan untuk mendisertivikasi produk pangan lokal," ujarnya.

Mengingat harga gandum uang semakin meningkat akibat stok tertahan di Rusia-Ukraina, Arif mengajak untuk beralih ke pangan lokal, yang bisa mensubtitusi, seperti pangan dari mokaf, sorgu, sagu, dan sebagainya. Dia menyebutkan, IPB University memiliki kekuatan melalui inovasi IPB yang sangat banyak untuk dapat berkontribusi membantu pemerintah.

"Itulah saatnya IPB untuk perkerasan, menerapkan varitas 3s, 9g, 10g, untuk produk pangan lokal yang bisa disubtitusi. Saya kira itu hal terpenting saat ini, begutu kita bericara persoalan nasional kita berbicara pangan," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement