Selasa 01 Nov 2022 21:41 WIB

Mahasiswa ITB Buat Limbah Plastik dan Sabut Kelapa Sawit Lapisan Perkerasan Jalan

Berkat ide tersebut, tim berhasil meraih gelar juara pada ajang Think Efficiency 2022

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai institusi pendidikan selalu berupaya melahirkan inovasi untuk menyelesaikan isu lingkungan. Kali ini, empat mahasiswa dari Program Studi Teknik Sipil ITB menciptakan lapisan aspal melalui pengolahan limbah plastik dan limbah organik.
Foto: istimewa
Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai institusi pendidikan selalu berupaya melahirkan inovasi untuk menyelesaikan isu lingkungan. Kali ini, empat mahasiswa dari Program Studi Teknik Sipil ITB menciptakan lapisan aspal melalui pengolahan limbah plastik dan limbah organik.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai institusi pendidikan selalu berupaya melahirkan inovasi untuk menyelesaikan isu lingkungan. Kali ini, empat mahasiswa dari Program Studi Teknik Sipil ITB menciptakan lapisan aspal melalui pengolahan limbah plastik dan limbah organik. 

Pemanfaatan limbah ini menjadi pionir pemanfaatan sumber daya terbarukan dan ramah lingkungan di Indonesia. Keempat mahasiswa tersebut adalah Octaviani Nur Rahmawati, Dewangga Syahputra, Ilyas Bianto, dan Romi Putra Radiansyah dari Tim Kuy(a+i) yang melakukan inovasi memanfaatkan limbah plastik dan limbah serbuk sabut kelapa untuk perkerasan jalan.

Baca Juga

Menurut salah satu anggota Tim Kuy(a+i),Romi Putra Radiansyah, timnya berinovasi memanfaatkan limbah plastik dan serbuk sabut kelapa karena melihat tingginya angka kecelakaan lalu lintas dan mahalnya biaya perawatan jalan.

Padahal, kata Romi, disatu sisi ada limbah yang berpotensi untuk dimanfaatkan. Hal ini, membuat timnya merumuskan inovasi lapisan aus pada perpetual pavement dengan menggunakan split mastic asphalt.

Jenis perkerasan ini, kata dia, memiliki bahan aditif berupa limbah plastik jenis high-density polyethylene (HDPE) dan limbah serbuk sabut kelapa sawit.

Timnya pun,  kata dia, memodifikasi sifat bitumen agar memiliki umur layan panjang sehingga mereduksi kebutuhan rekonstruksi. Dengan minimnya proses perawatan, biaya dapat dihemat seiring dengan berkurangnya emisi gas karbon. “Kedua, pengurangan limbah berkaitan dengan dampak sosial,” kata Romi, dalam siaran pers ITB, Selasa (1/11).

Berkat ide tersebut, tim tersebut menyabet gelar juara pada ajang Think Efficiency 2022 pada kategori sustainability. Kompetisi ini diselenggarakan oleh Shell Indonesia dan Energy Academy Indonesia (ECADIN). Gagasan mereka terpilih menjadi pemenang di antara ratusan tim mahasiswa dari seluruh Indonesia.

Romi mengatakan, inovasi ini mampu mengajak rekan-rekan yang bergerak di bagian pengepul limbah. Selain itu, berdasarkan observasi yang dilakukan Tim Kuy(a+i), modifikasi lapisan aus ini memiliki poin posting pada aspek keselamatan (safety). Lapisan aspal ini mengurangi kejadian slip akibat perbaikan microtexture dan macrotexture yang meningkatkan nilai kekesatan di permukaan aspal.

Setelah mengikuti kompetisi, kata dia, tim dari Teknik Sipil ITB ini akan mengembangkan penelitian tersebut. Mereka berharap dapat berkonsultasi secara intens dengan ahli di bidang perkerasan jalan.  "Diskusi ini sangat penting dilakukan karena standardisasi yang berkaitan dengan riset kami belum ada di Indonesia," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement