Kamis 27 Oct 2022 07:08 WIB

Arab Saudi Tahan 60 Pegawai Negeri Atas Dugaan Korupsi

Sebanyak 60 pegawai Arab Saudi yang ditangkap berasal dari empat kementerian

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Bendera Arab Saudi. Sebanyak 60 pegawai Arab Saudi yang ditangkap berasal dari empat kementerian
Foto: Reuters/VOA
Bendera Arab Saudi. Sebanyak 60 pegawai Arab Saudi yang ditangkap berasal dari empat kementerian

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Pengawas antikorupsi Arab Saudi telah mengumumkan penangkapan terhadap 60 pegawai pemerintah atau PNS. Penangkapan ini karena mereka diduga terlibat korupsi. 

Dalam laporan media Arab Saudi yang dikutip Gulf News, Rabu (26/10/2022), disebutkan bahwa 60 pegawai itu berasal dari empat kementerian. Mereka ditangkap sebagai bagian dari tindakan keras atas kasus korupsi. 

Baca Juga

Otoritas Pengawasan dan Anti-Korupsi Arab Saudi, Nazaha, menyampaikan telah menginterogasi 148 tersangka dan menahan 60 tersangka. Beberapa di antaranya kemudian dibebaskan dengan jaminan. 

Terdakwa di antaranya adalah pegawai Kementerian Pertahanan, Dalam Negeri, Kesehatan, dan Urusan Kota. Pelanggaran ini meliputi penyuapan, pengaruh menjajakan, pencucian uang dan pemalsuan. 

Agensi yang dikenal dengan nama Nazha turut angkat bicara. Kelompok ini mendesak anggota masyarakat untuk membantu melindungi uang publik dengan melaporkan dugaan korupsi keuangan atau administrasi. 

Dalam beberapa tahun terakhir, Arab Saudi telah meningkatkan tindakan keras terhadap korupsi kerah putih, dan menangkap puluhan pegawai negeri dan pengusaha. 

Otoritas Arab Saudi pada Agustus lalu juga telah menahan puluhan pejabat dalam kasus dugaan korupsi. Nazaha mengatakan ada 78 orang yang ditahan atas tuduhan penyuapan, pemalsuan, dan pencucian uang.

Laporan itu menambahkan bahwa para terdakwa dipekerjakan di kementerian pertahanan, dalam negeri, kesehatan, keadilan, pendidikan, urusan kota dan pedesaan serta perumahan. 

Penangkapan itu dilakukan setelah otoritas Nazaha melakukan 3.207 inspeksi. Selain itu, 116 pejabat lainnya juga diselidiki untuk beberapa kejahatan. 

Sejak Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman (MBS) menjadi pemimpin de facto Arab Saudi pada 2017, kerajaan telah menangkap puluhan aktivis, blogger, intelektual, dan lainnya yang dianggap sebagai lawan politik. 

Hal ini menunjukkan hampir nol toleransi terhadap perbedaan pendapat bahkan dalam menghadapi kecaman internasional atas tindakan keras tersebut. 

Kondisi tersebut dinilai sebagai upaya bersih-bersih terbesar dalam sejarah kerajaan. 

Bangsawan Arab Saudi, miliarder, dan pejabat senior pemerintah sebelumnya dilaporkan disiksa dan diperas pada November 2017, ketika mereka ditangkap dan ditahan di Hotel Ritz-Carlton dalam permainan kekuasaan oleh Pangeran MBS untuk menyingkirkan orang-orang yang berpotensi menimbulkan ancaman politik.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement