Rabu 26 Oct 2022 08:30 WIB

FBS Unnes Kembangkan Pondok Dolanan Tradisional di Sekolah Klaten

Model permainan anak-anak sekarang berubah, dari bentuk tradisional ke digital.

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (FBS UNNES) ini berupaya  mengembangkan keberadaan permainan tradisional melalui pondok dolanan
Foto: istimewa
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (FBS UNNES) ini berupaya mengembangkan keberadaan permainan tradisional melalui pondok dolanan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berkembangnya teknologi dan penggunaan gadget pada anak-anak zaman now menjadi perhatian sangat penting. Dampaknya banyak generasi masa kini yang tidak familiar, bahkan ada yang tidak mengenal adanya permainan atau dolanan tradisional, lantaran teknologi digital lebih fenomenal. Model permainan anak-anak sekarang berubah, dari bentuk tradisional ke flatform digital.

Berangkat dari kondisi tersebut, tim pengabdian kepada masyarakat Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (FBS UNNES) ini berupaya  mengembangkan keberadaan permainan tradisional melalui pondok dolanan sebagai upaya konservasi budaya Jawa pada sasaran pengabdian. Kegiatan dilakukan pada Sabtu, (15/10/22) di lingkungan sekolah SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) Permata Bangsa, Jatinom, Kabupaten Klaten. Kegiatan diikuti oleh 50-an siswa dan 6 guru pendamping.  

Baca Juga

Fokus kegiatan pengabdian ini berupa pengembangan pondok dolanan dengan mengadakan program konservasi budaya melalui permainan tradisional. Kegiatan tersebut dinilai cukup efektif untuk mengenalkan budaya lokal di era digital. Program ini juga bisa membantu mengedukasi anak-anak agar mencintai dan bangga terhadap budayanya. Secara teknis tim pengabdian kepada masyarakat menyampaikan paparan mengenai pengembangan pondok dolanan tradisional di ruang kelas, selanjutnya praktik secara langsung di luar kelas yakni di tanah lapang halaman sekolah. 

Dolanan tradisional yang dikenalkan oleh tim dan dipraktikkan secara langsung oleh para siswa, yakni dakon, yeye atau lompat tali karet, bekelan,  jaranan, engklek atau sudamanda, jamuran, gobag sodor, serta dam daman. Dalam pelaksanaannya anak-anak terlihat sangat antusias dan senang lantaran melakukan kegiatan dolanan trasional yang tidak atau jarang dilakukan dalam kesehariannya. Terbukti semua anak yang mengikuti bermain aktif dengan penuh canda tawa bersama teman bermainnya.

Retno Purnama Irawati selaku ketua tim pengabdian kepada masyarakat FBS UNNES menyebut kegiatan ini bertujuan untuk nguri-uri (melestarika, red) permainan tradisional masyarakat Jawa Tengah utamanya di daerah Klaten. Selain itu untuk mengenalkan kembali permainan tradisional yang saat ini mulai dilupakan oleh masyarakat Jawa khususnya pada anak-anak.”

Pengembangan pondok dolanan tradisional ini juga disambut sangat baik oleh pihak sekolah. “Dari kegiatan pondok dolanan tradisional yang digelar oleh tim pengabdian kepada masyarakat UNNES, kami berharap akan tercipta kolaborasi berkelanjutan dan bisa membiasaan anak-anak untuk memainkan permainan tradisional di sekolah sebagai upaya melestarikan budaya bangsa”  kata Istiqomah, kepala sekolah SDIT Permata Bangsa, Klaten.

Jemi salah satu guru di sekolah tersebut mengatakan “Kegiatan ini sangat baik untuk anak-anak karena melalui permainan tradisional untuk bisa mengenal lebih akrab, mengompakkan tim dan mendapatkan manfaat positif bersama teman-temannya. Pondok dolanan trasional ini layak untuk dimasukkan sebagai kegiatan alternatif di sekolah”.

 “Saya dan teman-teman sangat senang dengan kegiatan ini. Selain bermain, juga dapat hadiah berupa perangkat permainan tradisional seperti kuda-kudaan, bekel, bola kasti, dakon, dan lainnya” ujar Faris  salah satu siswa ketika ditanya oleh tim. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement