Senin 03 Oct 2022 00:48 WIB

Ratusan Suporter Lampung Adakan Malam Berkabung untuk Aremania

Ia pun berharap kejadian seperti ini pun tidak terjadi lagi di Indonesia.

 Petugas polisi menembakkan gas air mata saat kerusuhan setelah pertandingan sepak bola di Stadion Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur, 01 Oktober 2022 (dikeluarkan pada 02 Oktober 2022). Sedikitnya 127 orang termasuk polisi tewas setelah suporter sepak bola Indonesia memasuki lapangan yang menyebabkan kepanikan dan injak-injak.
Foto: EPA-EFE/H. PRABOWO
Petugas polisi menembakkan gas air mata saat kerusuhan setelah pertandingan sepak bola di Stadion Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur, 01 Oktober 2022 (dikeluarkan pada 02 Oktober 2022). Sedikitnya 127 orang termasuk polisi tewas setelah suporter sepak bola Indonesia memasuki lapangan yang menyebabkan kepanikan dan injak-injak.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Ratusan suporter Lampung dari 20 basis pendukung di provinsi itu mengadakan malam berkabung dengan menghidupkan lilin guna ikut berbelasungkawa atas tragedi Kanjurahan usai laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022).

"Malam ini kami aliansi suporter Lampung ikut berbelasungkawa atas kejadian yang merenggut banyak korban, yang sebagian besar adalah fans sepak bola," kata Koordinator Aksi dari Aliansi Suporter Lampung, Wiryo Saputra, di Bandarlamung, Ahad (2/10/2022) malam.

Baca Juga

Ia pun turut prihatin atas tragedi tersebut, sebab dirinya meyakini bahwa peristiwa di Stadion Kanjuruhan Malang itu berawal dari miskomunikasi.

"Tentu dengan kejadian ini akan merugikan persepakbolaan di Indonesia yang sedang mencoba bangkit," kata dia.

Ia pun berharap kejadian seperti ini pun tidak terjadi lagi di Indonesia dan meminta kepada seluruh suporter sepak bola di penjuru negeri ini bersikap dewasa atas hasil akhir pertandingan serta menunjukkan rasa Bhinneka Tunggal Ika agar tidak ada lagi miskomunikasi.

"Saya harap tragedi ini adalah awal dan akhir di Indonesia sehingga sepak bola kita lebih maju dan bagus lagi," kata dia.

Sebelumnya, kericuhan terjadi usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu malam. Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.

Kerusuhan tersebut semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut.

Petugas pengamanan, kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak masuk ke dalam lapangan dan mengejar pemain. Dalam prosesnya, akhirnya petugas melakukan tembakan gas air mata.

Polisi menembakkan gas air mata karena pendukung tim berjuluk Singo Edan yang tidak puas dan turun ke lapangan itu telah melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial.

Data terakhir menyebutkan bahwa korban meninggal dunia akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur sebanyak 130 orang. Menurut laporan terakhir, akibat kericuhan ini terdapat korban meninggal yang mencapai 174 jiwa. Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Wiyanto Wijoyo mengatakan korban berjumlah 130. Namun Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri mencatat data sementara jumlah korban meninggal dunia dalam tragedi tersebut sebanyak 125 orang.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement