Ahad 02 Oct 2022 09:20 WIB

Komnas HAM akan Kirim Tim Investigasi ke Malang, Singgung Aparat Keamanan

Sebanyak 127 orang dilaporkan meninggal akibat kerusuhan yang terjadi.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Mas Alamil Huda
Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara menyatakan tragedi Kanjuruhan harus diusut tuntas.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara menyatakan tragedi Kanjuruhan harus diusut tuntas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) akan mengirimkan tim investigasi untuk menyelidiki kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan. Sebanyak 127 orang dilaporkan meninggal akibat kerusuhan yang terjadi seusai pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1 2022/2023, Sabtu (1/10/2022) malam.

Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara, mengatakan, sebagai salah satu penggila bola ia ikut berduka atas jatuhnya korban di stadion Kanjuruhan, Malang. Ia menegaskan, tragedi ini harus diusut tuntas, mulai dari soal pelaksanaan pertandingan, aspek pengamanan sampai aspek-aspek teknis lainnya.

Baca Juga

"Komnas HAM sedang mempertimbangkan untuk mengirim tim investigasi ke sana. Saya kira ada kekhususan peraturan dalam stadion dan pertandingan sepak bola yang harus dipatuhi bersama, bukan hanya oleh pemain, official, tetapi juga aparat keamanan untuk meminimalisir risiko yang muncul," ujar Beka dalam keterangannya, Ahad (2/10/2022).

Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Nurul Azizah mengatakan, Mabes Polri telah menurunkan tim DVI ke Malang untuk berkoordinasi dengan tim DVI Polda Jatim dan rumah sakit setempat guna mempercepat terlaksananya identifikasi korban.

"Fokus Polri saat ini adalah melakukan identifikasi korban dan memberikan pertolongan medis kepada para korban yang saat ini masih di rawat di rumah sakit," ujar Nurul, Ahad (2/10/2022).

Adapun, insiden berawal ketika suporter Arema memaksa masuk ke lapangan usai tim kesayangannya kalah 2-3 dari Persebaya Surabaya dalam laga Liga 1 2022/2023. Bentrok pun tak bisa dihindari dan polisi menghalaunya dengan melepaskan tembakan gas air mata.

Diduga, tembakan gas air mata itu membuat banyak suporter pingsan dan sulit bernafas. Banyak suporter yang membutuhkan bantuan medis, namun tidak sebanding dengan jumlah tenaga medis yang disiagakan di Stadion Kanjuruhan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement