Ahad 02 Oct 2022 00:52 WIB

BI Proyeksikan Inflasi Inti Kembali ke Sasaran pada Kuartal III 2023

Inflasi Agustus 2022 tercatat sebesar 4,69 persen.

Pedagang melayani pembeli di Pasar Rangkasbitung, Lebak, Banten, Jumat (30/9/2022). Bank Indonesia (BI) memproyeksikan inflasi inti yang saat ini dalam tren kenaikan.
Foto: ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
Pedagang melayani pembeli di Pasar Rangkasbitung, Lebak, Banten, Jumat (30/9/2022). Bank Indonesia (BI) memproyeksikan inflasi inti yang saat ini dalam tren kenaikan.

REPUBLIKA.CO.ID, GIANYAR -- Bank Indonesia (BI) memproyeksikan inflasi inti yang saat ini dalam tren kenaikan diproyeksi akan kembali ke kisaran target bank sentral, yakni tiga persen plus minus satu persen pada kuartal ketiga tahun depan. Inflasi Agustus 2022 tercatat sebesar 4,69 persen.

"Kami yakini dengan langkah-langkah stabilisasi yang kami lakukan saat ini paling tidak pada triwulan III 2023 nantinya inflasi inti akan kembali ke kisaran sasaran tiga persen plus minus satu persen," kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Wahyu Agung Nugroho saat diskusi dengan awak media di Ubud, Bali, Sabtu (1/10/2022).

Baca Juga

Inflasi Agustus 2022 tercatat sebesar 4,69 persen (yoy) seiring dengan meningkatnya inflasi kelompok harga diatur pemerintah atau administered prices yang sebesar 6,84 persen (yoy) dan inflasi inti yang menjadi 3,04 persen (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya 2,86 persen (yoy).

Tekanan inflasi diperkirakan meningkat didorong oleh penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi di tengah masih tingginya harga energi dan pangan global.

 

Inflasi inti dan ekspektasi inflasi diprediksi meningkat akibat dampak lanjutan atau second round effect dari penyesuaian harga BBM dan menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan. Berbagai perkembangan tersebut diperkirakan mendorong inflasi tahun 2022 melebih batas atas sasaran tiga persen plus minus satu persen. Pada akhir 2022, BI memperkirakan inflasi inti dapat mencapai 4,6 persen (yoy).

Oleh karena itu, diperlukan sinergi kebijakan yang lebih kuat antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan BI, baik dari sisi pasokan maupun sisi permintaan untuk memastikan inflasi kembali ke sasarannya.

Wahyu menyampaikan, salah satu masalah yang sekarang sedang berusaha untuk diselesaikan adalah tekanan inflasi dari sisi inflasi pangan melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (Gernas PIP). Gernas PIP menjadi langkah komitmen bersama untuk mengoptimalkan langkah-langkah pengendalian inflasi dari sisi suplai dan mendorong produksi guna mendukung ketahanan pangan secara integratif, masif, dan berdampak nasional.

"Ini sudah kita implementasikan di banyak daerah dan hasilnya seperti kita lihat inflasi volatile food pada September sudah mulai menurun dibandingkan sebelumnya. Yang dulunya double digit sekarang sudah 8 persen dan harapannya nanti inflasi volatile food ini bisa turun sampai 6 persen atau bahkan 5 persen," ujar Wahyu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement