Rabu 28 Sep 2022 02:47 WIB

Mengupas Problem Industri Pariwisata di Kabupaten Semarang

Bus tidak dapat mendekat ke hotel ketika memilih penginapan di kawasan Bandungan.

Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha (memegang mikropon) menyampaikan penjelasan terkait kebijakan kepariwisataan di daerahnya, pada sesi dialog usai membuka  acara Gedongsongo Travel Mart 2022, di GMME Ungaran, Kabupaten Semarang, Selasa (27/9) malam.
Foto: Bowo Pribadi
Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha (memegang mikropon) menyampaikan penjelasan terkait kebijakan kepariwisataan di daerahnya, pada sesi dialog usai membuka acara Gedongsongo Travel Mart 2022, di GMME Ungaran, Kabupaten Semarang, Selasa (27/9) malam.

REPUBLIKA.CO.ID,UNGARAN -- Sejumlah agen travel dan para pelaku jasa pariwisata dari luar daerah 'mengupas' satu persatu persoalan yang jamak mereka hadapi, saat membawa para pelancong ke Kabupaten Semarang.

Salah satu yang cukup menjadi catatan bagi mereka adalah armada bus besar yang tidak dapat mendekat ke lokasi obyek wisata atau hotel serta biaya akomodasi yang dianggap masih terlalu mahal.

Baca Juga

Khususnya saat agen travel ini membawa rombongan dengan tujuan kawasan obyek wisata Candi Gedongsongo maupun obyek wisata Bandungan, di Kecamatan Bandungan.

Hal ini terungkap dalam dialog 'Sinergi Stakeholder Pariwisata Kabupayen semarang' yang dilaksanakan pada pembukaan Gedongsongo Travel Mart (GTM) 2022, di Gubug Makan Mang Engking (GMME), Ungaran, Selasa (27/9) malam.

Yudhi, salah satu pengelola agen travel dan  perjalanan wisata Musafir, asal Kota Pasuruan, Jawa Timur, mengungkapkan, hampir setiap pekan ia ikut menjual daya tarik wisata (DTW) di Kabupaten Semarang dengan membawa para pelancong.

Saat berada di Candi Gedongsongo, bus berbadan besar tidak dapat mendekat ke lokasi DTW ini dan wisatawan harus diangkut dengan kendaraan shutle dari kantong parkir bus ke lokasi Candi Gedongsongo.

Demikian pula bus juga tidak dapat mendekat ke hotel ketika memilih fasilitas penginapan di kawasan Bandungan. Hal ini jamak dikeluhkan para tamu (wisatawan) yang dibawanya.

"Sehingga kami lebih memilih hotel atau fasilitas penginapan yang ada di Kota Semarang, walaupun sebenarnya tujuan wisata itu ada di wilayah Kabupaten Semarang," jelasnya.

Alasan lainnya, lanjut Yudhi, harga akomodasi hotel di kawasan wisata Bandungan --disebutnya-- juga masih terlalu mahal dan  bagi pelaku biro perjalanan wisata masih sangat memberatkan.

Sebab untuk mencari akomodasi hotel dengan harga kisaran Rp 300.000 atau lebih sedikit per malam --menurutnya-- masih sangat leluasa di wilayah Kota Semarang.

Sementara di Bandungan harganya masih di atas Rp 700.000 per malam. Bahkan untuk mendapatkan besaran diskon Rp 5.000 hingga Rp 10.000 saja sangat sulit alias tidak dapat ditekan lagi.

"Jika dikalkulasi dengan harga paket wisata yang kami jual sama sekali tidak masuk, makanya untuk hotel di Bandungan sementara ini kami tidak berani merekomendasikan," tegasnya.

Menanggapi hal ini, Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha mengakui akses jalan menuju kawasan Candi Gedongsongo memang tidak seberapa ideal untuk kendaraan bus berbadan besar.

Terlebih kontur jalannya juga berupa tanjakan terjal dan berkelak- kelok, sehingga disiapkan kendaraan shutle untuk menyiasati agar tidak terjadi kemacetan yang membuat wisatawan kurang nyaman.

Bupati mengaku pernah melakukan pemantauan langsung terkait akses jalan menuju DTW Candi Gedongsongo ini dengan mengendarai sepeda motor bersama Ketua DPRD Kabupaten Semarang.

Ketika ada satu saja kendaraan yang mengalami masalah di tengah perjalanan, maka akan membuat lalu lintas kendaraan lainnya terhambat. "Jika sudah macet, sepeda mtor pun akan kesulitan untuk menerobos," jelasnya.

Pertimbangan lainnya, tambah bupati, adalah kepentingan warga setempat. "Kalau jalan macet kasihan jika ada warga yang sakit atau ingin melahirkan, jika ambulan saja tidak dapat asuk akibat jalan macet," tandas bupati.

Terkait dengan mahalnya harga hotel di Bandungan, Ketua BPC PHRI Kabupaten Semarang, Sumardi Darmaji menjelaskan, sebenarnya harga akomodasi hotel di Bandungan juga kompetitif.

Karena jumlah hotel dan restoran di kawasan Bandungan mencapai 260 an lebih, sehingga sebenarnya masih banyak pilihan. Untuk itu ia berjanji akan membantu memberikan solusi terkait keluhan pelaku biro wisata (buyer) ini.

"Apakah nanti kita buatkan kontrak rate atau dengan skema lain agar para pelaku jasa wisata luar daerah bisa mendapatkan harga khusus dan tetap nyaman menjual paket wisata ke Kabupaten Semarang," jelasnya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement