Senin 26 Sep 2022 07:42 WIB

Pastikan Kelancaran Layanan Nataru 2022/2023, ASDP Lakukan Persiapan Ini

ASDP menjadikan layanan angkutan Lebaran 2022 sebagai lesson learned.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Sejumlah kapal Ferry yang hendak berlabuh berada di kawasan Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Banten (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
Sejumlah kapal Ferry yang hendak berlabuh berada di kawasan Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Banten (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) memastikan siap berkolaborasi dengan para mitra kerja terkait peningkatan kualitas layanan penyeberangan dan pelabuhan di lintasan tersibuk Merak-Bakauheni dan Ketapang-Gilimanuk. Khususnya demi kelancaran pada periode Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022/2023. 

“ASDP menjadikan layanan angkutan Lebaran 2022 sebagai lesson learned dan telah disiapkan strategi sejumlah poin penting yang menjadi perhatian, terkait layanan pelabuhan, kapal, serta aspek keselamatan yang menjadi prioritas,” kata Corporate Secretary ASDP Indonesia Ferry Shelvy Arifin dalam pernyataan tertulisnya, Ahad (25/9/2022). 

Baca Juga

Selain itu juga terdapat kelancaran arus penumpang dan kendaraan. Shelvy menuturkan hal tersebut termasuk layanan e-ticketing Ferizy yang saat ini memang baru bisa diakses 100 persen di Merak, Bakauheni, Ketapang, dan Gilimanuk.

Tahun ini merupakan tahun ketiga dari implementasi layanan e-ticketing Ferizy sejak diluncurkan pada 2020. “Layanan e-ticketing Ferizy bertujuan untuk mengatur keseimbangan antara kapasitas angkut dengan demand penumpang di setiap pelabuhan sehingga penumpang yang akan menyeberang sesuai dengan kapasitas yang ada di waktu tertentu,” jelas Shelvy. 

Selain itu, pembelian e-ticketing Ferizy telah terkoneksi langsung dengan aplikasi PeduliLindungi. Shelvy menegaskan hal tersebut dapat memastikan pengguna jasa telah sesuai dengan ketentuan persyaratan menyeberang, serta dengan melakukan pembelian tiket online maka pencatatan manifest terkait hak asuransi semakin akurat.

Sejak implementasi Ferizy para 2020, ASDP telah mengatur jumlah penumpang yang datang ke pelabuhan sesuai dengan kapasitas angkut per jam dan per hari nya. “Artinya, kendaraan dan penumpang hanya diperbolehkan masuk ke pelabuhan (check in) sesuai dengan waktu yang telah dipilih saat membeli tiket yang mana selanjutnya pengguna jasa akan naik ke kapal dengan sistem atau mekanisme first in first out (FIFO) setelah proses check in,” ujar Shelvy.

Shelvy mengatakan, sebelum implementasi Ferizy, pengguna jasa ferry cenderung menyeberang di malam hari dengan perbandingan 61 persen pada malam hari. Lalu 39 persen menyeberang pada siang hari sehingga membuat produksi pada malam hari berada di atas kapasitas muat rata-rata kapal yang berakibat terjadinya antrian di pelabuhan.

Setelah Ferizy diimplementasikan pada Lebaran 2022, ASDP mencatat karakteristik pengguna jasa yang dominan menyeberang pada malam hari berhasil disebar secara merata melalui pembatasan kuota.

Pembatasan dilakukan dengan persentase 42 persen pada malam hari dan 58 persen pada siang hari di Pelabuhan Merak. Sementara di Pelabuhan Bakauheni 49,7 persen kuota pada malam hari dan 50,3 persen pada siang hari. 

Dengan data tersebut, Shelvy menuturkan dapat disimpulkan bahwa secara data reservasi tiket customer sudah tersebar merata di setiap jamnya sesuai dengan jadwal yang dipilih oleh pengguna jasa dan kapasitas angkut alat produksi di pelabuhan (flattening the curve).

Hanya saja, Shelvy mengakui untuk menjamin agar penumpang masuk ke pelabuhan sesuai dengan jamnya masing-masing perlu dukungan dari berbagai stakeholder untuk melakukan pemeriksaan (screening) secara ketat mulai dari jalan tol (diluar pelabuhan). 

“Ini sehingga penumpang yang belum waktunya check in atau masuk ke dalam pelabuhan tidak dapat diizinkan menuju ke pelabuhan,” ucap Shelvy. 

Shelvy mengatakan, manajemen merespons positif masukan dan kritik dari regulator terkait dengan perubahan layanan di pelabuhan utama. Terutama di Pelabuhan Merak dan Bakauheni yang kerap menarik perhatian karena sebagai penghubung dua Pulau terbesar Sumatra dan Jawa. 

“Hal ini untuk menjawab masukan dari akademisi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Sumatra Ilham Malik yang mengatakan untuk mengurai kepadatan di Pelabuhan Merak saat libur Natal dan Tahun Baru dan agar peristiwa saat musim mudik Lebaran 2022 tidak terulang, maka Pemerintah harus memperkirakan arus kendaraan yang akan menyeberang lewat pelabuhan tersebut untuk menentukan pola pengaturan yang tepat,” jelas Shelvy. 

Ilham mengatakan pemerintah bersama seluruh pihak pengelola lalu lintas darat dan laut dihimbau untuk mengantisipasi kepadatan di Pelabuhan Merak, Banten saat libur Natal dan Tahun Baru. Hal tersebut membutuhkan penerapan berbagai skema lalu lintas untuk mengantisipasi potensi kepadatan yang dapat terjadi.

"Tentu saja survei ini harus dilakukan dengan baik untuk mengetahui berapa demand atau kebutuhan yang harus dilayani oleh pihak pelabuhan, untuk area penampungan baik diluar dan didalam pelabuhan, jumlah kapal penyeberangan yang beroperasi, dan termasuk juga penyambutan di Pelabuhan Bakauheni. Jadi saya kira apa yang harus diperbaiki itu adalah kemampuan kita dalam memperkirakan suplai dan demandnya," jelas Ilham.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement