Selasa 20 Sep 2022 16:16 WIB

UIN Maliki Serius Kembangkan Kampus Berbasis Pesantren

UIN Maliki juga telah membangun Markaz al-Lughat.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Kampus UIN Maliki
Foto: Dok UIN Maliki
Kampus UIN Maliki

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang serius mengmbangkan kampus yang berbasis pesantren. Hal ini sesuai dengan intruksi Kementerian Agama (Kemenag) agar perguruan tinggi serius mengembangkan kampus berbasis pesantren.

Rektor UIN Maliki Malang, Prof Zainuddin mengatakan, ide pendirian pesantren di dalam kampus UIN sudah direalisasikan sejak masih bernama Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malang. Hingga akhirnya, menurut dia, pondok pesantren putra-putri itu sekarang dikenal sebagai Pusat Ma'had Al-Jami'ah.

Baca Juga

“Jadi seluruh mahasiswa baru yang jumlahnya 4000 kurang lebih, harus tinggal di Ma'had itu minimal satu tahun untuk diberikan pendidikan yang berbasis pesantren, termasuk bi'ah lughawiyah atau lingkungan berbahasa internasional Arab-Inggris,” ujar Prof Zainuddin saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (20/9/2022).

Dia menuturkan, masyarakat saat ini membutuhkan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan zaman dan mereka menilai kampus yang terintegrasi dengan pesantren ini sebagai jawabannya. Mahasiswa yang tinggal di Ma’had Al-Jami’ah itu disebut dengan mahasantri.

“Dan ini satu-satunya pesantren di kampus yang memang sudah establish, ada kiainya, ada rumah kiainya, dan ada santrinya. Jadi ada 10 rumah kiai yang disediakan di dalam kampus itu untuk membimbing mereka,” ucap Prof Zainuddin.

Dia menjelaskan, UIN Malang sudah memiliki distingsi model pembelajaran yang integrated (ILM) atau Attakamul al-‘Ilmy. Dengan model ini, UIN Malang harus mengintegrasikan seluruh ilmu pengetahuannya dengan Alquran dan hadits.

“Jadi UIN Malang ini harus menginteragsikan seluruh ilmu pengetahuannya dengan Alquran dan As Sunnah. Jadi kalau misalnya mereka belajar kedokteran, belajar farmasi, mereka belajar ekonomi, belajar sosial sains yang lain sesuai dengan program studinya itu harus base on Alquran, base on islamic perspektif,” ucap dia.

Untuk mengembangkan model pembelajaran yang terintegrasi tersebut, UIN Maliki juga telah membangun Markaz al-Lughat, yaitu pusat pengembangan bahasa internasional. Di sini, mahasiswa tidak hanya belajar bahasa Arab, tetapi juga bahasa Inggris dan Mandarin.

“Mereka itu harus menguasai bahasa internasional terutama Arab sebagai basis keilmuan Islam. Sedangkan Inggrisnya tentu adalah yang terkait dengan ilmu-ilmu yang selama ini diperoleh dari Barat,” kata Prof Zainuddin.

Selain itu, menurut dia, UIN Maliki juga membangun markaz tahfidz Alqur’an, yaitu pusat penghafalan Alquran. Sejauh ini, menurut dia, suada ribuan mahasantri yang telah menghafal Alquran 30 juz.

“Jadi, mereka yang hafal Alquran 30 juz itu sudah ada 3700 sekian dari berbagai program studi. Tidak hanya dari Fakultas Tarbiyah atau Syariah tetapi juga Kedokteran, Farmasi, Saintek,” jelas dia.

“Jadi kalau mereka hafal Alquran mereka bisa mengkaitkan ilmu-ilmu yang selama ini dipelajari dari dunia Barat itu dengan Alquran dan hadits,” imbuhnya. 

Prof Zainuddin menjelaskan, UIN Maliki Malang sejauh ini juga telah bekerjasama atau melakukan MoU dengan puluhan pesantren di Jawa Timur. Bahkan, beberapa waktu lalu MoU pesantren juga telah dilakukan sampai ke Jawa Barat.

Dalam kerjasama tersebut, santri yang hafal Alquran 30 juz akan diberikan beasiswa untuk masuk ke UIN Maliki Malang. Tidak hanya itu, UIN Maliki juga memberikan beasiswa kepada santri yang ahli membaca kitab kuning.

“Jadi misalnya dia hafal Alfiyah atau Jurumiyah itu mereka kita beri beasiswa,” ujar Prof Zainuddin.

Belum lama ini, UIN Maliki juga baru bekerjasama dengan Institut Agama Islam Darullughah Wadda'wah (IAI Dalwa) Bangil Pasuruan. Kedua lembaga ini akan melakukan kerjasama baik di bidang pendidikan, pelatihan dan pengabdian kepada masyarakat, pengembangan SDM, pemagangan mahasiswa, pembinaan prodi S1, S2, S3, dan PPG.

Direktur Pascasarjana IAI Dalwa, al-Habib Zainal Abidin mengatakan, UIN Maliki Malang menjadi guru bagi IAI Dalwa yang selama ini telah banyak memberikan bimbingan dan arahannya. Sejak berdiri pada 1991, Dalwah menjadi pesantren yang mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Menurut dia, IAI Dalwa ini memiliki semangat membangun anak bangsa berbasis pesantren dan mandiri. Namun, masih membutuhkan pendampingan dari UIN Maliki Malang. “IAI Dalwa memiliki koneksi yang sangat baik dengan UIN Maliki Malang, untuk itu pendampingan pengembangan dari berbagai aspek sangat dibutuhkan,”ujar Zainal Abidin dalam siaran pers UIN Maliki Malang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement