Selasa 20 Sep 2022 15:47 WIB

Aptisi Sebut Nadiem Makarim Sulit untuk Diajak Berdialog

Aptisi menyatakan mosi tidak percaya kepada kepemimpinan Nadiem Makarim.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Agus raharjo
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim (tengah) bersiap mengikuti rapat kerja bersama Komisi X DPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (8/9/2022). Rapat tersebut membahas Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAKL) 2023 di Kemendikbudristek.
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim (tengah) bersiap mengikuti rapat kerja bersama Komisi X DPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (8/9/2022). Rapat tersebut membahas Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAKL) 2023 di Kemendikbudristek.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (Aptisi) menyarankan, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim untuk diganti. Ketua Umum Aptisi, Budi Djatmiko, mengaku pergantian dilakukan jika Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (RUU Sisdiknas) tidak memberikan kontribusi yang baik bagi pendidikan Indonesia.

Aptisi meminta Nadiem turun langsung untuk mendengarkan para stakeholder di dunia pendidikan secara langsung. "Jika RUU Sisdiknas tidak memberikan kontribusi yang baik bagi pendidikan di Indonesia, maka pernyataan kami sebaiknya Menteri Nadiem Makarim diganti saja. Pilih Nadiem atau rakyat Indonesia," ujar Budi Djatmiko, dalam rapat dengar pendapat umum di Komisi X DPR, Selasa (20/9/2022).

Baca Juga

Menurut Budi, selama hampir empat tahun menjabat, Nadiem tidak mengetahui langsung keluhan rakyat, rektor, guru, dosen, dan para mahasiswa. Bahkan, Budi mengibaratkan berbicara dengan Nadiem seperti berbicara dengan tembok, yakni tidak pernah didengar. Nadiem dia sebut sulit diajak untuk berdialog. Undangan dari Aptisi pun dia hadir hanya dengan video saja, tidak berbicara langsung.

"Hanya beberapa kali saja Aptisi diajak rapat koordinasi. Berbeda dengan menteri-menteri sebelumnya biasanya dua-tiga bulan sekali kami meeting untuk membicarakan permasalahan-permasalahan perguruan tinggi di Indonesia," kata Budi.

Padahal, kata dia, Nadiem diharapkan dapat memajukan pendidikan Indonesia dengan ide-ide yang di luar kebiasaan karena latar belakangnya, tapi ternyata harapan itu lenyap. Nadiem amat tertutup dan hanya percaya pada staf khususnya saja daripada para dirjennya atau pimpinan-pimpinan perguruan tinggi.

"Apakah Presiden tetap mempertahankan Nadiem? Berarti membiarkan pendidikan kita carut-marut yang dituangkan dalam RUU Sisdiknas yang sunyi dan sangat liberal. Atau Pak Presiden memilih kepentingan rakyat," kata Budi.

Menurut Budi, pimpinan perguruan tinggi swasta (PTS) merasa tidak berarti dan tidak dipedulikan karena aduan yang selama ini dilakukan kepada Kemendikbudristek, baik di tingkat dirjen maupun menteri, kepada presiden tidak didengarkan. Karena itu, berdasarkan rapat Aptisi seluruh Indonesia pihaknya menyatakan mosi tidak percaya kepada kepemimpinan Nadiem.

"Maka, rapat Aptisi seluruh Indonesia menyikapi berbagai hal tentang pendidikan nasional dan pendidikan tinggi menyatakan mosi tidak percaya pada kepemimpinan Menteri Nadiem Makarim," tegas Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement