Senin 19 Sep 2022 09:34 WIB

Pelemahan IHSG Diproyeksi Berlanjut, Ini Daftar Saham yang Berpotensi Menguat

Pelemahan IHSG sejalan dengan indeks saham di Asia dan bursa utama Wall Street.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Karyawan melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Karyawan melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi melanjutkan pelemahan sepanjang hari ini setelah kemarin terkoreksi tajam sebesar 1,87 persen. Di awal perdagangan hari ini, IHSG dibuka di zona positif ke level 7.199,16.

Pelemahan IHSG sejalan dengan indeks saham di Asia dan bursa utama Wall Street yang berakhir di teritori negatif akhir pekan lalu. Phillip Sekuritas Indonesia memperkirakan aksi jual masih akan berlanjut pada pekan ini. 

Di pasar obligasi, imbal hasil surat utang Pemerintah AS bertenor 10 tahun bertahan di atas 3,46 persen. Sementara itu, yield US Treasury Note bertenor 2 tahun, paling sensitive terhadap kenaikan suku bunga acuan, lompat menjadi 3,9 persen, tertinggi sejak 2007.

"Tingkat ketakutan investor mengenai prospek terjadinya resesi global semakin meningkat di tengah persiapan mereka menghadapi kenaikan suku bunga secara drastis oleh bank sentral AS, Federal Reserve," kata Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Senin (19/9/2022). 

Investor dikejutkan oleh pernyataan FedEx bahwa perlambatan pada permintaan global semakin parah di bulan Agustus dan akan terus memburuk hingga bulan November sehingga FedEx membatalkan proyeksi kinerja keuangan mereka untuk tahun ini.

Lebih lanjut, menjelang tibanya musim laporan keuangan (Earnings Season) 3Q22, ekspektrasi pertumbuhan laba emiten yang tergabung dalam indeks S&P 500 berada di 3,7 persen, turun tajam dari eskpektasi sebelumnya 9,8 persen di akhir bulan Juni lalu.

Dalam 2 hingga 3 bulan terakhir, para analis telah memangkas ekspektasi laba kuartal III 2022 untuk setiap sektor kecuali Energi. Sekitar 7 dari 11 sektor sekarang diramalkan akan mencatatkan penurunan tahunan, bertambah dari hanya 3 sektor di kuartal II 2022.

Dari sisi makroekonomi, investor mencerna perhitungan awal data survey Consumer Sentiment Index (CSI) AS yang dirilis oleh University of Michigan. CSI naik ke level tertinggi dalam lima bulan, 59,5 di bulan September dari level 58,2 di bulan Agustus namun masih lebih rendah dari estimasi, 60. 

Dengan semakin turunnya harga BBM di SPBU, nilai tengah (median) ekspektasi inflasi untuk 12 bulan ke depan turun menjadi 4,6 persen, terendah sejak September 2021 dari 4,8 persen di bulan Agustus.

Meski IHSG diproyeksi mengalami bearish moderate, Phillip Sekuritas Indonesia merekomendasikan sejumlah saham yang berpotensi bullish secara teknikal. 

SMGR

Short Term Trend   : Bullish

Medium Term Trend  : Bullish

Trade Buy          : 6825

Target Price 1     : 7300

Target Price 2     : 7550

Stop Loss          : 6325

APIC

Short Term Trend   : Bullish

Medium Term Trend  : Bullish

Trade Buy          : 1180

Target Price 1     : 1215

Target Price 2     : 1230

Stop Loss          : 1145 

SSMS

Short Term Trend   : Bullish

Medium Term Trend  : Bullish

Trade Buy          : 1375-1380

Target Price 1     : 1495

Target Price 2     : 1550

Stop Loss          : 1260

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement