Rabu 31 Aug 2022 12:44 WIB

Ketemu Jhon Kerry, Luhut akan Bahas Pensiunkan PLTU PLN

Luhut menjelaskan saat ini Indonesia berencana untuk mempensiunkan 5,2 GW PLTU

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Foto udara area Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), (ilustrasi).  Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pihaknya akan bertemu dengan Utusan Khusus Amerika Serikat untuk Iklim Jhon Kerry untuk membahas rencana Indonesia yang akan mempensiunkan PLTU.
Foto: Antara/Jojon
Foto udara area Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), (ilustrasi). Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pihaknya akan bertemu dengan Utusan Khusus Amerika Serikat untuk Iklim Jhon Kerry untuk membahas rencana Indonesia yang akan mempensiunkan PLTU.

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pihaknya akan bertemu dengan Utusan Khusus Amerika Serikat untuk Iklim Jhon Kerry untuk membahas rencana Indonesia yang akan mempensiunkan PLTU.

Luhut menjelaskan saat ini Indonesia berencana untuk mempensiunkan 5,2 GW PLTU lebih awal. Ini sebagai komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi karbon dan sebagai tuan rumah KTT G20.

Baca Juga

"Besok saya ketemu dengan John Kerry. Kita akan bicara soal Early Retirement PLTU. Ini perlu dukungan dan kerjasama negara maju," ujar Luhut di Sanur, Rabu (31/8/2022).

Luhut menilai, negara maju mendorong Indonesia untuk melakukan langkah aktif. Tentu saja, kata Luhut Indonesia melakukan hal tersebut, namun tidak mungkin tanpa dukungan negara maju.

"Amerika itu menyumbang 14,7 juta ton CO2 per kapita. Sedangkan Indonesia itu 2,3 juta ton per kapita. Jadi kita jauh di bawah kok," ujar Luhut.

Luhut menilai, jangan sampai agenda transisi energi memaksa Indonesia menghambat pertumbuhan ekonomi. Maka, dalam langkah transisi energi pemerintah memilah secara cermat.

"Bahwa teknologi lama di PLTU perlu kita pensiunkan kami sepakat. Tapi tidak serta merta semua PLTU. Kalau pakai teknologi yang supercritical itu kan masih baik," ujar Luhut.

Apalagi, kata Luhut untuk sektor industri dalam negeri membutuhkan pasokan listrik yang besar yang saat ini baru bisa ditumpu dari PLTU. "Khususnya Industri kita yang baru berkembang di Timur itu masih harus pakai coal. Kita akan lakukan perubahan tetap bertahap supaya ekonomi kita tetap terjaga," tambah Luhut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement