Selasa 23 Aug 2022 20:17 WIB

JCI Siapkan Generasi Muda Hadapi Tantangan Global

Tahun ini Stella Maris Gading Serpong berpartisipasi dalam JCI program.

Tampak talkshow yang digelar si sekolah Stella Maris School Gading Serpong. Di tahun 2022 ini, Stella Maris School Gading Serpong berkesempatan untuk turut serta dalam program JCI JAPAN Global Youth United Nations Ambassador Development Project bertema
Foto: istimewa
Tampak talkshow yang digelar si sekolah Stella Maris School Gading Serpong. Di tahun 2022 ini, Stella Maris School Gading Serpong berkesempatan untuk turut serta dalam program JCI JAPAN Global Youth United Nations Ambassador Development Project bertema

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tahun ini, Junior Chambers International (JCI) East Java berkesempatan untuk terlibat dalam inisiatif yang diadakan JCI Jepang dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu JCI JAPAN Global Youth United Nations Ambassador Development Project. 

Program ini telah rutin berlangsung setiap tahun sejak 2011. Di tahun 2022 ini, Stella Maris School Gading Serpong berkesempatan untuk turut serta dalam program JCI JAPAN Global Youth United Nations Ambassador Development Project bertema "Expand The Circle of The World", dengan mengirimkan 16 murid High School.  "Siswa-siswa Stella Maris yang ikut serta akan memiliki bekal yang semakin banyak dalam menghadapi tantangan globalisasi," kata Ketua Yayasan Stella Maris, Michel Senjaya.

Baca Juga

Nantinya para siswa ini akan mengikuti pertukaran pelajar dengan 22 siswa-siswi dari Jepang dan menjadi representatif dan Duta Muda PBB. Program ini bertujuan untuk mempersiapkan pemimpin-pemimpin generasi muda agar lebih memahami permasalahan dan inisiatif global yang tertuang dalam 17 Sustainable Development Goals (SDGs). Salah satu materi yang akan didiskusikan adalah studi banding program inisiatif SDG yang dilakukan di Jepang dan Indonesia.  "Masa depan bangsa dimulai dari nilai-nilai yang benar di masa muda," kata 2019 JCI World President Alex Tio.

Dalam kegiatan tersebut juga digelar talkshow yang membahas masalah bullying di sekolah. Kasus bullying yang kerap dialami siswa sekolah atau siapapun yang lemah merupakan fenomena gunung es. Munculnya undang-undang perlindungan anak dan perempuan, masyarakat telah berani bicara dan bertindak. Terlebih adanya media sosial dan media massa yang cepat menyebarkan informasi terkait kekerasan pada anak, bullying atau pelecehan kepada perempuan. 

Menurut psikologi, Seto Mulyadi dalam mengatasi aksi bullying perlu kerjasama semua pihak. Seperti masyarakat, kepolisian, sekolah dan orang tua. "Masyarakat media massa perlu mengawal kepolisian dan pengadilan, harus berani bersuara, dan disekolah perlu dibentuk Satgas anti bullying," katanya di sela talk show Junior Chamber International (JCI) di Stella Maris School, Selasa (23/8/2022).

Aksi bullying bisa menimpa siapa saja. Tindakan ini terjadi berulangkali hingga membuat korban merasa tertekan dan tidak berdaya. Harus ada satu bahasa antara sekolah dengan orang tua dan lingkungannya untuk mengatasi bullying. "Ini bisa membuat korban depresi, tidak mau sekolah, perlu komitmen bersama jangan sampai terjadi pembiaran," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement