Jumat 19 Aug 2022 16:02 WIB

Bulog Berencana Ekspor Jagung ke Filipina

Pada tahun ini produksi jagung nasional berpeluang surplus hingga 3 juta ton.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Petani memanen jagung (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Basri Marzuki
Petani memanen jagung (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog berencana untuk memulai penjajakan ekspor jagung pakan ternak lantaran pasokan dalam negeri yang sudah mencapai surplus. Salah satu negara yang menjadi tujuan ekspor yakni Filipina.

"Kita sudah rencanakan ekspor jagung, bahkan sebelum ke sini, saya sudah menghubungi KBRI Manila (Filipina). Bisa membantu kita merealisasikan itu," kata Kepala Divisi Kepala Divisi Pengadaan Komoditi Bulog, Budi Cahyanto dalam webinar FMB9, Jumat (19/8/2022).

Baca Juga

Budi belum dapat menjelaskan seberapa besar volume jagung yang bisa diekspor oleh Bulog. Namun, ia mengatakan pada tahun ini saja, produksi jagung nasional berpeluang surplus hingga 3 juta ton.

Bulog saat ini belum memiliki cadangan jagung yang disimpan seperti halnya pada beras. Karena itu, jika ekspor bisa terealisasi, Bulog dapat menyerap jagung dari petani dan beberapa perusahaan penyuplai jagung.

Menurutnya, di tengah produksi jagung yang surplus, Indonesia masih memiliki tantangan dari sisi fasilitas pengeringan. Fasilitas itu amat penting untuk meningkatkan kualitas jagung petani karena dapat menurunkan kadar air sesuai standar 15 persen.

Karena itu, ia menuturkan, Bulog telah membangun fasilitas Corn Dryer Center (CDC) di enam lokasi dengan kapasitas 120 ton per hari atau 108 ribu ton per tahun. "Jadi misalkan ada shortage produksi, kita sudah punya stok. Tapi ini akan siap di bulan Desember 2022," katanya.

Mengutip data Badan Pangan Nasional (NFA), stok jagung pakan nasional sampai penghujung 2022 aman. Sampai dengan September 2022, Indonesia diproyeksi akan memiliki stok jagung sebanyak 2,7 juta ton. Sementara hingga Desember 2022, diperkirakan stok jagung surplus 2,8 juta ton.

Sementara itu, Ketua Dewan Jagung Nasional, Tony J Kristianto, mengatakan, upaya ekstensifikasi lahan jagung masih dapat dilakukan di provinsi utama penghasil jagung. Peningkatan produksi mesti dilakukan agar biaya produksi dapat ditekan sehingga harga jagung Indonesia makin kompetitif di pasar ekspor.

"Kalau kita bisa meningkatkan produktivitas jagung, harga pokok produksi bisa lebih rendah dan kita punya peluang ekspor ke negeri tetangga," kata Tony kepada Republika.co.id, Selasa (2/8/2022).

Menurut Tony, harga jagung lokal saat ini cenderung sama dengan rata-rata harga dunia. Hingga Juni lalu, harga jagung dunia berada di kisaran 335 dolar AS per ton atau sekitar Rp 5.000 per kg. Jika harga jagung dapat diturunkan, peluang ekspo dapat ditangkap.

"Bagus kalau kita bisa ekspor karena (negara) yang dekat-dekat hampir semuanya importir jagung seperti Malaysia, Filipina, Jepang. Mereka tidak ada yang kembangkan jagung," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement