Kamis 18 Aug 2022 19:15 WIB

Genjot Akselerasi Infrastruktur, Erick Petakan Ulang Fokus Bisnis BUMN Karya

Erick meyakini pemetaan ulang fokus bisnis BUMN Karya akan meningkatkan kinerja

Menteri BUMN Erick Thohir meyakini pemetaan ulang fokus bisnis BUMN Karya akan meningkatkan kinerja. Ilustrasi.
Foto: ANTARA/Dhemas Reviyanto
Menteri BUMN Erick Thohir meyakini pemetaan ulang fokus bisnis BUMN Karya akan meningkatkan kinerja. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberpihakan pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur mulai membuahkan hasil. Contohnya, kehadiran jalan tol Trans Sumatra (JTTS) membuat efisiensi biaya logistik yang cukup signifikan. Selain itu, mulai nampak kegiatan di sekitar JTTS, terlihat dari meningkatnya penggunaan listrik. Hal ini disampaikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir di Jakarta Kamis (18/8/2022).

"Ini membuktikan bahwa pembangunan infrastruktur sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Erick.

Baca Juga

Dalam hal pembangunan infrastruktur ini, Erick menyebut BUMN karya atau infrastruktur memegang peran besar. Oleh sebab itu, Erick memetakan ulang fokus bisnis masing-masing BUMN karya agar sesuai dengan keahliannya. Erick menugaskan Waskita Karya dan Hutama Karya (HK) untuk fokus membangun jalan tol, sedangkan PT PP dan Wijaya Karya menyasar pada sektor pembangunan gedung.

"Waskita dan HK kuat membangun jalan tol, ya sudah, jangan ke lain-lainnya, kadang-kadang nanti jadi kanibal. PT PP bagus di gedung-gedung, ya sudah di gedung, jangan lari ke jalan tol," ungkapnya.

Erick menilai keberhasilan pemetaan ulang fokus bisnis BUMN karya juga terletak pada keseriusan dan konsistensi manajemen masing-masing BUMN karya. Erick meyakini BUMN karya memiliki kemampuan untuk mendongkrak kinerja lebih baik dengan fokus pada bisnis yang telah ditetapkan dan juga menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.

"Alhamdulillah kalau kita lihat kemarin Waskita internal rate of return (IRR) jalan tol sudah mulai baik, ada yang mau investasi," ujarnya.

Jalan tol merupakan proyek investasi jangka panjang dengan proyeksi balik modal pada tahun kedelapan atau lebih. Namun, Erick menilai dampak positif pembangunan infrastruktur tak bisa dilihat hanya dari satu sisi, lantaran terdapat efek domino lain yang mampu menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.

"Kadang-kadang persepsi yang terbentuk itu mangkrak jalan tolnya, enggak ada gunanya.  Kalau semua dipolitisasi, kita terjebak pada framing-framing hanya negatif, tidak pernah lihat angka positifnya. Ini yang kita harus sepakat bahwa pertumbuhan ekonomi harus terus berkelanjutan dengan fondasi pembangunan infrastruktur, seperti jalan tol, bandara, pelabuhan; serta yang kedua, pembangunan infrastruktur digital," sambung Erick.

Oleh karenanya, Erick menyambut positif rencana Lembaga Pengelola Investasi Indonesia (Indonesia Investment Authority, INA) mengambil alih jalan tol milik Waskita dan HK. "Toh, INA memang berfungsi menginvestasikan dananya di dalam negeri, termasuk aset milik BUMN," imbuh Erick.

"Nah Waskita dan HK jalan tolnya nanti diambil INA, apakah mereka mendapatkan mitra investasi dari luar negeri nggak apa-apa, kan duitnya masuk," paparnya.

Sebagai sebuah aset, ucap Erick, jalan tol tidak mungkin juga dipindahkan ke luar negeri. Lalu, jalan tol juga akan kembali lagi untuk negara saat masa konsesinya selesai pada 20 tahun atau 30 tahun mendatang.

"Ini jadi sesuatu yang saya rasa baik, kalau ada private sector beli ya tidak apa-apa, karena tugasnya HK dan Waskita tidak memegang aset, artinya dia membangun jalan tol, toh kita punya operator juga Jasa Marga yang punya aset," kata Erick menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement