Ahad 14 Aug 2022 06:23 WIB

Prof Dr Suradika: Usaha Pembunuhan Salman Rushdie Pelajaran Penting Bagi Indonesia

Apa pun alasannya, menghina silmbol agama itu tindakan sangat berbahaya

Orang-orang memindai publikasi di stan berita di Teheran, Iran, Sabtu, 13 Agustus 2022. Salman Rushdie, yang novelnya The Satanic Verses mendapat ancaman pembunuhan dari pemimpin Iran pada 1980-an, ditikam di leher dan perutnya Jumat oleh seorang pria yang bergegas ke atas panggung saat penulis hendak memberikan kuliah di barat New York.
Foto: AP/Vahid Salemi
Orang-orang memindai publikasi di stan berita di Teheran, Iran, Sabtu, 13 Agustus 2022. Salman Rushdie, yang novelnya The Satanic Verses mendapat ancaman pembunuhan dari pemimpin Iran pada 1980-an, ditikam di leher dan perutnya Jumat oleh seorang pria yang bergegas ke atas panggung saat penulis hendak memberikan kuliah di barat New York.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar pendidikan sekaligus Wakil Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jakarta, Prof Dr Agus Suradika, mengatakan ada pelajaran sangat penting pada kasus penusukan penulis novel Ayat-Ayat Setan, Salman Rushdie. Hal itu adalah jangan singgung dan hina sebuah simbol keyakinan agama karena itu akan berdampak luas dan membekas di benak penganutnya dalam masa yang panjang.

''Kasus itu memang kasus usaha pembunuhan terhadap Salman Rushdie. Namun ini juga menyadarkan umat Islam yang ternyata tetap masih punya 'ghirah' (semangat tinggi) dalam membela penodaan terhadap agamanya. Jadi jangan disangka ini tindakan sekedar emosional semata, tapi ini berkelindan dengan sikap kaum Muslim yang masih sangat peduli dengan ajarannya. Inilah yang membedakannya,'' kata Suradika, di Jakarta, (Ahad, 14/8/2022).

Agus mengatakan umat Islam itu selama ini diharamkan mengusik kepercayaan orang lain. Mereka paham juga bahwa yang menjaga ajarannya adalah Allah Swt. Tapi harus diingat dalam ayat Alquran yang kalimat yang dipakai adalah menggunakan kata 'kami', yakni Allah dan manusia. Maka jelas di sana selain Allah manusia juga campur tangan dalam soal menjaga agamanya.

''Maka saya tidak heran bila fatwa Imam Khomeini tahun 1988 yang menyatakan Salman Rushdi terancam hukuman dibunuh atas ulahnya, sampai kini ada yang mentaatinya. Apalagi dia juga ulama penting dalam keyakinan Umat Islam dengan mahzab syiah. Saya duga penusuknya di Amerika itu penganut syiah,'' tegasnya.

 

Selain itu, sama halnya dengan di Indonesia, semua kejadian penghinaan atau mengolok-olok simbol sebuah agama harus dihindari. Aparat keamanan harus bertindak tegas bila terjadi itu dan selama ini pun di Indonesia sudah ditegakkan hukumnya dengan baik dan adil. Sikap memainkan keyakinan agama itu memang sangat membahayakan bangsa.

''Itulah pelajaran bagi kasus usaha pembunuhan terhadap Salman Rushdi yang dari dahulu menghebohkan tersebut. Sekali lagi jangan samakan dengan pihak lain, umat Islam itu masih tinggi rasa kepeduliannya terhadap ajaran agamanya. Mereka pasti akan sakit hati bila simbol agamanya diolok-olok. Marilah kita hormati keyakinan semua agama. Kita rawat dan jaga eksistensi bangsa ini dengan sepenuh hati,'' kata Suradika menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement