Kamis 11 Aug 2022 13:12 WIB

Lake Toba Traditional Music Festival, Pintu Kreasi Musik Tradisi Kian Terbuka Lebar

Ajang FMTI yang memamerkan khazanah budaya Toba diharapkan dapat terus bergulir

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Endro Yuwanto
Lake Toba Traditional Music Festival (LTTMF) 2.0.
Foto: Ist.
Lake Toba Traditional Music Festival (LTTMF) 2.0.

REPUBLIKA.CO.ID, TOBA -- Perhelatan Lake Toba Traditional Music Festival (LTTMF) 2.0 sukses digelar selama tiga hari pada 5-7 Agustus 2022 lalu. Penyelenggaraan pentas musik dan budaya dari Tanah Batak itu menyedot apresiasi dari peserta maupun masyarakat.

LTTMF 2.0 merupakan bagian dari program Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) yang digagas oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) bersama Rumah Karya Indonesia dengan melibatkan masyarakat setempat dan komunitas terkait.

Selain penampilan 30 seniman dan musisi lokal yang membawakan lagu-lagu tradisi yang mencirikan kearifan lokal budaya Tanah Batak, musisi ternama Ipang Lazuadi menjadi bintang tamu dalam perhelatan LTTMF 2.0 kali ini.

Komposer dari Marsada Band, Amput Sidabutar, salah satu grup musik yang tampil pada FMTI Toba mengatakan, banyak karya musisi dari kawasan Toba yang akhirnya mampu tersalurkan karena difasilitasi Kemdikbudristek dan Rumah Karya Indonesia.

“Pemerintah, dalam hal ini Ditjen Kebudayaan Kemdikbudristek, membuka pintu kreasi kepada musisi dan seniman dari Toba untuk menampilkan karya terbaiknya. Apa yang selama ini terpendam dan belum banyak diketahui masyarakat, melalui LTTMF 2.0, akhirnya terungkap bahwa musik tradisi dari seniman Toba juga adalah unggulan,” ujar  Amput dalam keterangan persnya, Kamis (11/8/2022).

Menurut Amput, pentingnya masa depan budaya, seperti musik, tarian, bunyi-bunyian, agar tetap dilestarikan untuk aset kekayaan bangsa Indonesia. Dengan begitu, Amput melanjutkan, kelak generasi penerus Indonesia tetap memiliki kebanggaan terhadap warisan budaya masing-masing daerahnya.

LTTMF 2.0, bagi seniman dan musisi lokal, lanjut Amput, adalah upaya mengenalkan apa saja musik tradisional yang ada di Toba sehingga menjadi transfer pengetahuan agar dirawat oleh generasi penerus. “Kiranya penting diketahui oleh generasi penerus apa saja seni budaya di Toba yang selama ini menjadi turun temurun sehingga nantinya mampu dikembangkan sesuai konteks zamannya namun tidak menghilangkan makna dan ciri tradisi daerah Toba,” jelasnya.

Amput berharap, ajang FMTI yang memamerkan khazanah budaya Toba dapat terus bergulir dan lebih luas lagi cakupannya. "Jika bisa seni budaya musik Toba juga dapat dipentaskan di kancah festival level internasional dengan difasilitasi pemerintah," terang dia.

Salah satu pengunjung LTTMF 2.0 asal Pulau Samosir Ismail menuturkan, event LTTMF 2.0 menjadi kebanggaan untuk masyarakat di kawasan Toba sebab menyebarkan nilai-nilai budaya kepada khalayak di luar daerah.

“Jadi kebanggaan khusus karena ada festival budaya musik Toba yang ditunjukkan ke masyarakat lainnya. Supaya (masyarakat) lainnya mengetahui bahwa Toba amat kaya beranekaragam budaya musik tradisi,” jelas Ismail.

Sebagai informasi, dalam LTTMF 2.0, musisi dan seniman dari kawasan Toba membawakan sejumlah karya musik dipadu dengan bunyian khas lokal. Selain itu juga dipentaskan opera yang diperankan oleh sekelompok ibu di kawasan Toba.

Pembukaan LTTMF 2.0 secara langsung dihadiri oleh Direktur Perfilman, Musik, dan Media Ditjen Kebudayaan Kemdikbudristek Ahmad Mahendra dan Bupati Toba Poltak Sitorus. LTTMF 2.0 menghadirkan musisi nasional yang telah terkenal sejak lama dengan mahakaryanya yakni Ipang lazuardi.

Dalam LTTMF 2.0 juga mengadakan paket wisata budaya yang diinisiasi Rumah Karya Indonesia dan 1000Tenda agar dapat menyaksikan event di tiga desa secara serentak. Sebanyak 650 paket wisata diambil dari wisatawan Bukittinggi, Medan, Binjai, dan beberapa daerah lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement