Rabu 10 Aug 2022 10:14 WIB

Hidroponik di Desa Kapi Diharapkan Jadi Ikon Desa Wisata

Sistem hidroponik ini sangat sederhana dan dapat dipraktikkan langsung masyarakat.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Tim pengabdian dosen Universitas Merdeka (Unmer) Malang mengadakan pelatihan tentang teknologi hidroponik di Desa Kapi, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur (Jatim).
Foto: Pribadi/Dosen Unmer Dewi Izzatus Tsamroh
Tim pengabdian dosen Universitas Merdeka (Unmer) Malang mengadakan pelatihan tentang teknologi hidroponik di Desa Kapi, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur (Jatim).

REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Desa Kapi di Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, memiliki potensi alam yang beragam, baik hasil pertanian, perkebunan, buah, dan sayur. Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Merdeka (Unmer) Malang, Dewi Izzatus Tsamroh, juga melihat daerah tersebut mempunyai potensi wisata.

"Oleh karena itu, desa ini memiliki potensi yang besar untuk dijadikan sebagai destinasi wisata tematik agrowisata," ujar perempuan disapa Izza ini.

Di Desa Kapi sendiri terdapat gabungan kelompok tani (gapoktan) yang telah menghendaki adanya pembentukan agrowisata sejak 2020. Hal ini diketahui dari kunjungan Izza bersama tim pengabdian yang melakukan wawancara langsung dengan kepala desa dan sebagian anggota gapoktan.

Tim pengabdi juga mendapatkan informasi lain terkait dengan keluhan masyarakat seperti kesulitan dalam strategi pengembangan desa wisata apalagi di tengah kondisi pandemi Covid-19. Melihat kondisi tersebut, Izza berharap, penerapan teknologi hidroponik melalui kegiatan pengabdian masyarakat dapat menjadi sebuah solusi.

 

Hal ini terutama untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Izza dan tim pengabdian juga menargetkan teknologi hidroponik dapat didiseminasikan dan diterapkan oleh seluruh masyarakat.

Dengan demikian, bisa memunculkan sebuah citra 'desa hidroponik' di sana. Penerapan teknologi ini juga dapat dijadikan sebagai sebuah sarana pembelajaran bercocok tanam tanpa menggunakan tanah.

Menurut Izza, teknologi hidroponik yang dikenalkan di awal kegiatan pengabdian itu antara lain hidroponik dengan wick system. Sistem hidroponik ini sangat sederhana karena dapat dipraktikkan langsung oleh masyarakat. Masyarakat hanya perlu memanfaatkan perkakas rumah tangga seperti bak atau ember.

"Bahkan dapat memanfaatkan barang bekas seperti botol bekas, dan kemasan air mineral bekas," katanya. Sebagai informasi, Desa Kapi telah memulai program pengembangan desa wisata dengan membangun green house di atas sebidang tanah seluas 2.856 meter persegi.

Jenis tanaman yang dibudidayakan di lahan tersebut, yakni buah anggur yang terdiri atas 30 jenis spesies, baik lokal maupun impor. Selain itu, juga terdapat jenis tanaman lain seperti apokat, durian, dan semangka.

Untuk melengkapi green house, maka tim pengabdian memerkenalkan instalasi hidroponik dengan sistem DFT (Deep Flow Technique). Sistem ini ditujukan untuk penanaman buah dan sayuran yang lain. "Misalnya stroberi, kangkung, pakcoy, dan bayam," jelasnya.

Izza berharap penerapan teknologi hidroponik dapat membantu masyarakat dalam upaya pembangunan desa Edu-Agrowisata. Selanjutnya, penerapan ini mampu mendorong wilayah tersebut menjadi ikon desa wisata.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement