Selasa 09 Aug 2022 17:55 WIB

PM Jepang Pilih Anggota Kabinet tanpa Hubungan Gereja Unifikasi

Perombakan kabinet terjadi saat pemerintahan Kishida menghadapi penurunan dukungan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, tengah, menghadiri sesi pembukaan sesi luar biasa di majelis rendah parlemen Rabu, 3 Agustus 2022, di Tokyo.
Foto: AP/Eugene Hoshiko
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, tengah, menghadiri sesi pembukaan sesi luar biasa di majelis rendah parlemen Rabu, 3 Agustus 2022, di Tokyo.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida akan merombak kabinet dengan memperhatikan hubungan politisi dengan Gereja Unifikasi. Dia berusaha menjauhkan pemerintahannya dari kelompok kontroversial dan membalikkan kemerosotan dalam jajak pendapat.

Kishida mengatakan pada Selasa (9/8/2022), bahwa anggota baru kabinetnya dan pejabat baru partai yang berkuasa harus meninjau secara menyeluruh hubungan dengan kelompok tersebut. "Itu akan menjadi prasyarat," kata Kishida berbicara pada konferensi pers di Nagasaki.

Baca Juga

Perombakan itu terjadi saat pemerintahan Kishida menghadapi penurunan dukungan. Pengawasan publik terhadap hubungan antara kelompok itu dan anggota parlemen Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa telah meningkat tajam sejak mantan Perdana Menteri Shinzo Abe ditembak mati ketika melakukan kampanye bulan lalu.

Abe ditembak oleh seorang pria yang ibunya adalah anggota Gereja Unifikasi. Pelaku mengatakan kepada penyelidik bahwa dia yakin Abe telah mempromosikan kelompok yang membuat ibunya memberikan sumbangan besar hingga merusak hubungan keluarga.

Dukungan untuk kabinet Kishida telah jatuh ke level terendah sejak menjabat Oktober lalu. Menurut penyiar publik NHK pada Senin (8/8/2022), dukungan turun menjadi 46 persen dari 59 persen pada tiga minggu lalu dan hasil tersebut yang sejalan dengan survei terbaru lainnya. Sebagian besar responden mengatakan, menginginkan penjelasan tentang hubungan politisi dengan Gereja Unifikasi.

Tapi Kishida menegaskan, perombakan terjadi karena kabinetnya membutuhkan perombakan untuk menangani masalah seperti kenaikan harga dan lingkungan keamanan yang semakin tegang. "Dalam banyak hal, kita menghadapi situasi paling kritis sejak akhir Perang Dunia II," katanya.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement