Selasa 09 Aug 2022 08:35 WIB

Surabaya Antisipasi Bau Sampah Saat Gelar Piala Dunia U-20

Pemasangan geomembran itu sudah lebih dari 50 persen.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Agus raharjo
Pekerja membuat lubang untuk pemasangan bibit rumput di lapangan Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Jawa Timur, Jumat (18/9/2020). Sejumlah perbaikan di stadion tersebut terus dikejar guna mendukung sarana dan prasarana perhelatan Piala Dunia U-20 yang akan diselenggarakan pada tahun 2021 mendatang.
Foto: MOCH ASIM/ANTARA
Pekerja membuat lubang untuk pemasangan bibit rumput di lapangan Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Jawa Timur, Jumat (18/9/2020). Sejumlah perbaikan di stadion tersebut terus dikejar guna mendukung sarana dan prasarana perhelatan Piala Dunia U-20 yang akan diselenggarakan pada tahun 2021 mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemasangan geomembran dan penanaman pohon di area Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Benowo yang berdekatan dengan Stadion Gelora Bung Tomo terus dikebut. Upaya ini merupakan bagian dari persiapan gelaran Piala Dunia U-20 pada 2023. Pemasangan geomembran dan penanaman pohon dilakukan untuk mencegah atau meredam bau yang berasal dari sampah di PLTSa Benowo.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro menjelaskan bau yang timbul di sana berasal dari fermentasi sampah. Fermentasi tersebut menimbulkan gas metan dan sulfur, sehingga menyebabkan bau kurang sedap. “Nah, supaya tidak bau, maka kami melakukan berbagai hal supaya nanti di Piala Dunia U-20 tidak bau,” kata Hebi di Surabaya, Selasa (9/8/2022).

Baca Juga

Hebi menjelaskan, Pemkot Surabaya telah meminta pengelola PLTSa Benowo untuk menutup tumpukan sampah dengan geomembran, supaya gas yang ditimbulkan tidak sampai keluar. Selama ini, tumpukan sampah di area tersebut diakuinya sudah ditutup geomembran. Namun, sudah ada bagian yang sobek, sehingga perlu diperbaharui dan ditutup semuanya.

“Sampai sekarang pengerjaan pemasangan geomembran itu sudah lebih dari 50 persen. Kita terus kebut dan kita targetkan awal September sudah harus selesai semuanya, sudah tertutup semuanya. Karena nanti akan ada inspeksi dari FIFA untuk mengecek hasil pengerjaan ini," ujarnya.

Pemkot Surabaya juga diakuinya meminta penambahan methane capture. Ia menjelaskan, dii TPA Benowo ada pipa-pipa atau blower yang dipasang di bawah TPA yang bernama methane capture. Alat ini yang kemudian menangkap gas metan dari sampah-sampah lalu diolah di generator hingga akhirnya bisa menjadi energi listrik.

Methane capture itulah yang kami minta untuk ditambah supaya lebih efektif lagi menangkap gas metan,” ujarnya.

Langkah selanjutnya, sampah-sampah yang baru datang atau sampah harian, diminta untuk disemprot terlebih dahulu oleh bakteri mikroorganisme untuk menyerap bau-bau yang ditimbulkan dari sampah baru tersebut. Pemkot Surabaya juga diakuinya terus memperbanyak penanaman pohon di sekeliling kawasan TPA, mulai dari pohon bambu dan pohon besar lainnya.

“Penanaman pohon itu sudah kami kebut sejak bulan lalu, dan saat ini sudah ada sekitar 3.500 lebih pepohonan yang kita tanam. Pohonnya pun bermacam-macam, sehingga nanti di kawasan TPA itu akan terlihat sangat hijau, dan bukan lagi tumpukan sampah,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement