Sabtu 06 Aug 2022 11:01 WIB

AS: Perang di Ukraina Membuat 40 Juta Orang Kelaparan

Wilayah Afrika sub-Sahara akan menjadi yang paling terpukul akibat perang di Ukraina.

Warga menunggu distribusi makanan oleh United States Agency for International Development (USAID), di Kachoda, kawasan Turkana, Kenya utara, Sabtu 23 Juli 2022. Invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan 40 juta orang menjadi rawan pangan. Wilayah Afrika sub-Sahara akan menjadi yang paling terpukul.
Foto: AP Photo/Desmond Tiro
Warga menunggu distribusi makanan oleh United States Agency for International Development (USAID), di Kachoda, kawasan Turkana, Kenya utara, Sabtu 23 Juli 2022. Invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan 40 juta orang menjadi rawan pangan. Wilayah Afrika sub-Sahara akan menjadi yang paling terpukul.

REPUBLIKA.CO.ID, DAKAR -- Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengatakan invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan 40 juta orang menjadi rawan pangan. Wilayah Afrika sub-Sahara akan menjadi yang paling terpukul.

Sebanyak 4,5 miliar dolar AS telah diamankan untuk ketahanan pangan di KTT G7. AS telah menyumbang 2,76 miliar dolar AS. Ada juga rencana bagi AS untuk menyumbangkan 150 juta dolar AS dalam bantuan pembangunan kemanusiaan baru ke Afrika sambil menunggu persetujuan kongres, tambahnya.

Baca Juga

Pemerintah Afrika sebagian besar menghindari memihak dalam konflik Eropa. Mereka juga telah menolak untuk bergabung dengan kecaman dan sanksi Barat.

"Orang Afrika tidak ingin ditekan untuk memihak dalam pengulangan Perang Dingin, tetapi perlu mengetahui fakta," kata Thomas-Greenfield.

Sementara energi, perubahan iklim, pandemi dan konflik adalah akar penyebab masalah pasokan pangan global. Sumber paling berbahaya adalah kelaparan yang digunakan secara sengaja sebagai senjata perang, katanya.

"Rusia telah secara sistematis merebut beberapa lahan pertanian paling produktif di Ukraina, merusak ladang dengan ranjau dan bom," kata Thomas-Greenfield.

"Terlepas dari bagaimana perasaan Anda tentang Rusia, kita semua memiliki kepentingan bersama yang kuat dalam mengurangi dampak perang di Ukraina terhadap ketahanan pangan," tambahnya.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menggunakan bahasa yang sama pekan lalu ketika dia menggambarkan krisis pangan global sebagai salah satu "senjata perang" Rusia selama kunjungannya ke Kamerun.

Sementara, Moskow menyangkal bertanggung jawab atas krisis pangan dan menyalahkan sanksi Barat karena memperlambat ekspor makanan dan pupuknya.

Thomas-Greenfield membantah klaim itu. Sebaliknya, ia menunjukkan bahwa Rusia sengaja mengambil langkah-langkah untuk mengganggu rantai pasokan makanan global sambil menyalahkan Barat.

"Kami tidak melihat indikasi bahwa Rusia akan menerima solusi diplomatik untuk perang di Ukraina," katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement