Jumat 05 Aug 2022 14:38 WIB

BNPB dan Pemkab Lanny Jaya Papua Kerja Sama Tangani Kekeringan

Musibah kekeringan diawali dengan adanya embun beku dan hujan es.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ilham Tirta
Bantuan makanan dari pusat tiba di Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Papua pada Senin (1/8/2022). Bantuan itu terkait bencana kekeringan di wilayah tersebut.
Foto: Humas Kemensos
Bantuan makanan dari pusat tiba di Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Papua pada Senin (1/8/2022). Bantuan itu terkait bencana kekeringan di wilayah tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lanny Jaya, Provinsi Papua, bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengaktifkan pos komando (posko) penanganan darurat bencana kekeringan pada Jumat (5/8/2022). Peristiwa ini terjadi setelah cuaca ekstrem sejak Juni 2022, lalu.

Musibah kekeringan diawali dengan adanya embun beku dan hujan es. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Papua selanjutnya menginformasikan kondisi tersebut berakibat pada gagal panen masyarakat setempat. "Situasi dapat diperburuk dengan cuaca tanpa hujan sehingga berdampak pada krisis kekeringan," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam keterangan pers pada Jumat (5/8/2022).

Baca Juga

Laporan Pusdalops BNPB menyebutkan Pemkab Lanny Jaya telah menetapkan status tanggap darurat dengan Nomor 100/157/BUP, terhitung mulai 24 Juli hingga 30 Agustus 2022. Bupati Lanny Jaya juga membentuk posko penanganan darurat bencana alam embun beku dan hujan es melalui surat keputusan nomor 197 tahun 2022.

"Berdasarkan catatan historis, Pemkab Lanny memperkirakan kondisi ini dapat berlangsung selama 5 bulan. Hal tersebut merefleksikan peristiwa serupa yang pernah terjadi pada 2016 silam," ujar Abdul.

BNPB menyebut wilayah yang berpotensi terdampak kekeringan, yaitu di Distrik Kwiyawagi, yang meliputi Kampung Luarem, Jugu Nomba, Uwome dan Tumbubur. BNPB mengidentifikasi sebanyak 548 KK atau 2.740 jiwa berpotensi terdampak oleh kondisi kekeringan di wilayah tersebut.

"Pada asesmen dampak aset warga, tercatat 56 hektar luas lahan perkebunan rusak akibat cuaca ekstrem," kata Abdul.

Merespons fenomena di wilayahnya, Pemkab Lanny Jaya telah memberikan bantuan logistik makanan dan pemeriksaan kesehatan. Dinas kesehatan setempat juga telah memeriksa sampel air di distrik tersebut. Melalui kerja sama dengan Kementerian Sosial, bantuan telah didistribusikan kepada masyarakat terdampak, seperti beras, selimut, makanan siap, makanan tambahan gizi, paket sembako, dan sandang.

Sedangkan tim reaksi cepat (TRC) BNPB telah berada di Tiom, Kabupaten Lanny Jaya, pada Rabu (3/8/2022). TRC ini akan melakukan asesmen lanjutan dan pendampingan posko. Setibanya di Lanny Jaya, personel TRC berkoordinasi dengan kepala daerah dan BPBD setempat. TRC bersama BPBD telah mempersiapkan posko di Bandar Udara Tiom sehingga operasional tanggap darurat dapat bekerja secara terencana.

"Pantauan TRC BNPB sejumlah tantangan yang dihadapi dalam operasi tanggap darurat di wilayah Lanny Jaya, antara lain akses lokasi, komunikasi, dan stok pangan," kata Abdul.

Pada akses lokasi, wilayah terdampak berlokasi 40 km dari Tiom, dimana 20 km pertama jalan dapat diakses oleh kendaraan roda 4. Sedangkan sisanya, akses ke lokasi dapat ditempuh dengan jalan kaki atau menggunakan pesawat kecil dari Wamena. Kondisi ini dapat diperburuk dengan kendala cuaca yang sering berkabut dan faktor keamanan.

Tantangan berikutnya pada jaringan komunikasi yang terbatas di wilayah Tiom. Demikian juga di kota terdekat, Wamena, yang sering terganggu.

"Selanjutnya, TRC menginformasikan, stok beras yang ada di gudang depo logistic terbatas sehingga rencana penggunaan cadangan beras pemerintah (CBP) belum dapat terealisasi. Berdasarkan perhitungan untuk operasi selama 3 bulan, masih dibutuhkan beras sebanyak 53,4 ton," kata Abdul.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement