Kamis 04 Aug 2022 16:02 WIB

Hukum Menaruh Curiga pada Orang Lain

Inilah mengapa Islam menekankan untuk menghindari prasangka.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Hukum Menaruh Curiga pada Orang Lain. Foto:  Bergosip (ilustrasi)
Foto: johnprattbooker.com
Hukum Menaruh Curiga pada Orang Lain. Foto: Bergosip (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Setiap orang mungkin pernah menaruh curiga pada seseorang. Padahal curiga ini hanya didasarkan pada prasangka yang tidak pasti kebenarannya. Apalagi ia tidak melakukan upaya tabayun.

Bagaimana hukumnya menaruh curiga terhadap orang lain? Guru Besar pada Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, Syekh Dr Muhammad Bakr Ismail menjelaskan, siapapun tidak boleh menaruh curiga atau menuduh seseorang tanpa bukti dan hanya berdasar kecurigaan.

Baca Juga

"Jika itu dilakukan maka ia berdosa dan di saat itulah pintu tobat terbuka. Sedangkan orang yang dituduh harus memaafkannya. Ini lebih dekat pada pertobatan yang sebenarnya," kata dia seperti dilansir Islam Online, Rabu (3/8/2022).

Syekh Bakr Ismail melanjutkan, orang yang menaruh curiga atau membuat tuduhan kepada orang lain dan tuduhan ini salah, maka harus segera meminta maaf atas apa yang dilakukannya. Sebab, jika tidak meminta maaf, dapat merusak tali silaturahmi atau bahkan menjadi terputus.

 

"Maka biarkan dia melakukan permintaan maaf dengan kebaikan yang dianggapnya paling baik. Ini menjadi penebusan dosa atas prasangka buruk yang dibuatnya. Dan semoga Allah menerima tobat dari mereka yang memiliki prasangka buruk. Dia-lah Yang Maha Pengaish dan Maha Penyayang," ujarnya.

Syekh Bakr Ismail juga mengingatkan, amal shaleh menghapus perbuatan buruk. Allah SWT berfirman, "Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah)." (QS Hud ayat 114)

Rasulullah SAW bersabda, "Bertakwalah kepada Allah SWT di manapun engkau berada. Sertailah keburukan dengan kebaikan, maka kebaikan itu akan menghapusnya (keburukan). Dan bergaullah dengan manusia dengan pergaulan yang baik." (HR Tirmidzi)

Allah SWT juga berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah memperbanyak prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa." (QS Al-Hujurat ayat 12)

Dalam hadits riwayat Imam Tirmidzi dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW menegaskan, "Takutlah kalian berprasangka, karena ia merupakan sedusta-dusta perkataan."

Istri Rasulullah SAW, Siti Aisyah, pernah disangka berselingkuh sehingga menggemparkan warga di Madinah. Tuduhan ini membuat Rasulullah SAW tidak berkenan. Gunjingan demi gunjingan saat itu terbetik ke sudut-sudut kota. Padahal kabar itu hanya dusta yang sengaja disebar orang munafik. Inilah mengapa Islam menekankan untuk menghindari prasangka.

Sumber

https://fiqh.islamonline.net/%D8%A7%D9%84%D8%AD%D9%83%D9%85-%D8%A8%D8%A7%D9%84%D8%B8%D9%86-%D8%B9%D9%84%D9%89-%D8%A7%D9%84%D9%86%D8%A7%D8%B3/

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement