Kamis 28 Jul 2022 20:15 WIB

MPR: Dokter yang Lahir dari Muhammadiyah Telah Berkiprah Menjadi Duta Kebangsaan

Penting untuk membantu dakwah Muhamamdiyah, membantu dakwah islam di manapun bertugas

Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta menggelar Angkat Sumpah Dokter ke 47 pada Rabu (27/07), di Menara 165, Jakarta Selatan.
Foto: istimewa
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta menggelar Angkat Sumpah Dokter ke 47 pada Rabu (27/07), di Menara 165, Jakarta Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta menggelar Angkat Sumpah Dokter ke 47 pada Rabu (27/07), di Menara 165, Jakarta Selatan.

Sebanyak 77 mahasiswa diangkat sumpah oleh Dekan FKK UMJ, Dr. dr. Muhammad Fachri, Sp.P, FAPSR, FISR., dengan khidmat. Prosesi angkat sumpah disaksikan  Ketua Badan Pembina Harian, Rektor beserta jajaran Pimpinan UMJ, Sivitas Akademika FKK UMJ, Sekjend Ikatan Dokter Indonesia,  dan orang tua mahasiswa angkat sumpah. 

Baca Juga

Angkat sumpah merupakan prosesi yang wajib dilakukan bagi calon dokter untuk mendapatkan gelar profesi dokter. Sumpah diambil pada masa akhir pendidikan, kepaniteraan klinik dan telah lulus ujian kompetensi UKMPPD Batch Mei 2022.

Menurut Sekretaris Prodi Profesi Dokter, dr. Zainy Hamzah, Sp.BS, 77 mahasiswa prodi profesi dokter yang diangkat sumpah merupakan first tracker dalam UKMPPD dan mendapatkan nilai IPK rata-rata lebih dari 3. Lulusan terbaik dengan capaian nilai 3.89 diraih oleh dr. Antoro Rekso Samudro.

UKMPPD adalah bagian penting untuk menguji etik dan kompetensi calon dokter. Keduanya harus dijaga dan dijunjung tinggi oleh dokter karena dapat menjadi bencana apabila diabaikan.

Para dokter yang telah diangkat sumpah kemudian menandatangani lembar angkat sumpah sebagai komitmen dalam menjaga etika profesi dokter. Penandatanganan diwakili oleh dr. Antoro R. Samudro, lulusan terbaik Prodi Profesi Dokter angkatan 47,  disaksikan oleh Rektor UMJ, Dr. Ma'mun Murod, M.Si., dan Sekprodi Profesi Dokter, dr. Zainy Hamzah, Sp.BS.

Prosesi angkat sumpah diharapkan dapat diimplementasikan, sebagai sumpah janji yang sakral dan dapat menjadi suatu pedoman bagi para dokter dalam menjalankan tanggung jawab profesi.

Tanggung jawab dokter juga ditekankan oleh Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, S.E., MBA, yang memberikan orasi ilmiah secara virtual. Bambang mengatakan bahwa dokter menjadi role model bagi masyarakat. Pada kesempatan tersebut ia memberikan apresiasi pada Muhamamdiyah yang sejak kelahirannya telah berkontribusi pada sektor kesehatan melalui Penolong Kesengsaraan Oemoem. "Dokter yang lahir dari Muhammadiyah telah berkiprah menjadi duta kebangsaan. Selama pendidikan dibekali materi keagaman, sangatlah selaras dengan nilai-nilai luhur Pancasila," ungkap Bambang.

dr. Antoro, lulusan terbaik, saat ditemui di sela kegiatan mengaku  selama kuliah di FKK UMJ, pencapaiannya sebagai lulusan terbaik didukung dengan adanya pendidikan dari pengajar yang ahli di bidangnya. Selain itu ia juga menjelaskan bagaimana fasilitas dan jejaring FKK UMJ sangat mendapatkan fasilitas pendidikan yang lengkap. "Bekerja sama dengan banyak Rumah Sakit. Selama koas itu tidak ada yang terhambat. Semua berjalan dengan lancar," kata dr. Antoro. 

Ia juga berpesan pada teman sejawat untuk menjadi dokter yang amanah, "semoga nanti menjadi dokter yang amanah, dipercaya  masyarakat dan bersedia untuk membaktikan diri pada masyarakat sesuai dengan sumpah dokter yang  salah satu bunyinya adalah untuk membaktikan diri pada masyarakat," ujar dr. Antoro. 

Ia juga berbangga sebagai bagian dari dokter lulusan UMJ karena FKK UMJ telah melahirkan lebih dari 1500 dokter yang kini tersebar di seluruh Indonesia. "Itu prestasi yang dapat dibanggakan dan dokter-dokter itu tersebar di seluruh Indonesia. Ada yang sudah menempuh pendidikan spesialis S2 dan sekarang siap mengabdikan dirinya untuk melayani masyarakat," kata dr. Antoro.

Dekan FKK UMJ, dr. Fachri, berpesan kepada para dokter muda untuk terus mengembangkan keilmuan karena zaman dan teknologi selalu berkembang. "Sebagai dokter muslim lulusan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah, saudara telah memiliki karakteristik unggul dibandingkan lulusan lain, yaitu karakteristik Muhammadiyah. Belajarlah sepanjang hayat, gunakan segala kompetensi yang ada untuk tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat yang sehat," kata dr. Fachri. 

Pesan juga datang dari Rektor UMJ, Dr. Ma'mun Murod, M.Si., yang menegaskan bahwa dokter lulusan Muhammadiyah  adalah kader persyarikatan yang membawa misi dakwah Muhammadiyah. Ma'mun menekankan nilai kemanusiaan yang harus diperhatikan para dokter. "Allah memerintahkan untuk memberikan amanat kepada ahlinya. Ketika kita menghukum sesuatu harus adil. Begitupula dengan dokter, tidak boleh pilih kasih. Harus memposisikan manusia itu sama," tegas Ma'mun.

Rektor UMJ juga menghimbau para lulusan untuk selalu dekat dengan almamater. "Sebagai dokter muslim, ingat dengan almamater. Penting untuk membantu dakwah Muhamamdiyah, membantu dakwah islam di manapun bertugas. Insya Allah menambah keberkahan adik-adik dan orang tua," kata Ma'mun. 

Prof. Abdul Mu'ti, M.Ed., Ketua Badan Pembina Harian UMJ, mengatakan Muhammadiyah memberikan perhatian khusus pada bidang kesehatan. Hal tersebut diwujudkan dengan didirikannya PKO sebagai majelis pertama. "Anda adalah bagian dari kader persyarikatan Muhammdiyah, ujung tombak memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Maka harus siap ditugaskan di 3T (terluar terpencil dan tertinggal). Mungkin bagi anda itu sesuatu berat, tapi bagi seorang yang berpikiran maju dan optimistis, itu adalah tantangan untuk menjadi lebih baik," ujarnya.

Abdul Mu'ti juga mengajak para dokter untuk terus meningkatkan kemampuan diri, "kemampuan kita untuk mejadi tenaga profesional dan memberikan pelayanan terbaik adalah tantangan dunia kedokteran yg harus dijawab oleh para dokter."

Sekretaris Jenderal Ikatan Dokter Indonesia, dr. Ulul Albab, Sp.OG, turut hadir menyambut kehadiran dokter muda lulusan UMJ di Ikatan Dokter Indonesia. Pada kesempatan tersebut, dr.Ulul Albab juga menegaskan, "dokter adalah profesi, bukan pekerjaan. Pekerjaan ada waktu pensiun. Sedangkan pengabdian akan selesai kalau sudah mati. Tidak ada kata berhenti memberikan pelayanan, tidak ada kata berhenti belajar," katanya.

Sekjen IDI juga menjelaskan permasalahan bidang kesehatan di Indonesia adalah penyebaran dokter yang belum merata, jumlahnya masih lebih banyak di Pulau Jawa. Hal tersebut membuka peluang para dokter untuk ditempatkan di daerah terpencil. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement