Kamis 28 Jul 2022 07:51 WIB

Industri Pelayaran Minta Solusi Akibat Ketidakpastian Ekonomi Global

Kondisi ekonomi global buat beban industri pelayaran makan besar

Rep: Rahayu Subekti / Red: Nashih Nashrullah
Industri pelayaran ilustrasi. Kondisi ekonomi global buat beban industri pelayaran makan besar
Foto: ANTARA/Adiwinata Solihin
Industri pelayaran ilustrasi. Kondisi ekonomi global buat beban industri pelayaran makan besar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indonesian National Shipowners Association (INSA) meminta semua pihak dapat berkontribusi dalam menentukan solusi akibat ketidakpastian ekonomi global. Kondisi ekonomi global saat ini membuat beban industri pelayatan makin besar.  

Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners Association (INSA), Carmelita Hartoto, mengatakan satu solusinya dengan memberlakukan fuel surcharge pada pelayaran kontainer domestik. “Ini seperti yang diterapkan Pelindo dalam pelayanan jasa penundaan di pelabuhan,” kata Carmelita, Kamis (27/7/2022).  

Baca Juga

Menurutnya, pemberlakuan fuel surcharge merupakan hal yang logis di industri transportasi. Tentu dalam pemberlakuannya, Carmelita memastikan pelayaran nasional mempertimbangkan tingkat daya beli masyarakat sehingga tidak menghambat pemulihan ekonomi nasional.  

Carmelita mengatakan kondisi ketidakpastian dunia dan ancaman inflasi telah membuat kinerja sektor pelayaran nasional semakin berat. “Beban berat pelayaran nasional sudah mulai terasa seiring terjadinya penaikan harga bahan bakar MFO dari Pertamina sejak Januari hingga Juni 2022 yang mengalami kenaikan sebesar kurang lebih 22,5 persen,” jelas Carmelita. 

Dia mengungkapkan kenaikan harga bahan bakar non subsidi telah menambah beban operasional transportasi laut. Hal tersebut mengingat biaya bahan bakar berkontribusi sekitar 40 hingga 50 persen terhadap total biaya operasional perusahaan pelayaran. 

Carmelita menuturkan, kenaikan harga bunker juga berdampak pada operasional kapal tunda yang dipakai untuk assist penyandaran kapal oleh PT Pelindo dan Badan Usaha Pelabuhan (BUP). “Kenaikan harga bahan bakar ini telah membuat Pelindo selaku operator pelabuhan mengusulkan adanya pengenaan biaya tambahan bahan bakar (fuel surcharge) pada pelayanan jasa penundaan di pelabuhan,” jelas Carmelita.  

Tidak sampai di situ, Carmelita menyebut beban pelayaran nasional semakin berat seiring pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang menyentuh di kisaran Rp 15 ribu. Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut menurutnya  telah menambah beban biaya pelayaran nasional khususnya saat melakukan perawatan kapal.  

“Karena biaya spare part kapal sebagian besar lebih banyak diimpor dan pembeliannya menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat,” ujar Carmelita.  

Meskipun begitu, Carmelita memastikan pelayaran nasional tetap berkomitmen melayani distribusi barang melalui angkutan laut dengan pelayanan terbaik. 

Hanya daja, dia menilai beban berat pelayaran nasional seiring kenaikan harga bahan bakar dan pelemahan nilai tukar rupiah perlu dicarikan solusi bersama, baik oleh perusahaan pelayaran nasional, pemerintah, pemilik barang maupun stakeholder pelayaran lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement