Jumat 22 Jul 2022 05:58 WIB

Investor Asing Tarik Dananya dari Indonesia Rp 30,074 Triliun

BI mencatat aliran modal asing keluar dari pasar keuangan RI terjadi awal kuartal III

Arus modal asing (ilustrasi). Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar bersih dari pasar keuangan domestik mencapai 2 miliar dolar AS atau setara Rp 30,074 triliun memasuki kuartal III-2022 hingga 19 Juli 2022.
Arus modal asing (ilustrasi). Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar bersih dari pasar keuangan domestik mencapai 2 miliar dolar AS atau setara Rp 30,074 triliun memasuki kuartal III-2022 hingga 19 Juli 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar bersih dari pasar keuangan domestik mencapai 2 miliar dolar AS atau setara Rp 30,074 triliun (kurs Rp 15.037 per dolar AS) memasuki kuartal III-2022 hingga 19 Juli 2022, yang sejalan dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi. Padahal sebelumnya investasi portofolio pada kuartal II-2022 telah mencatat aliran modal asing masuk bersih sebesar 200 juta dolar AS.

"Ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi dan mengakibatkan terbatasnya aliran modal asing serta menekan nilai tukar di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (21/7/2022).

Baca Juga

Ia menyebutkan nilai tukar rupiah pada 20 Juli 2022 terdepresiasi 0,60 persen dibandingkan akhir Juni 2022, namun dengan volatilitas yang terjaga.Depresiasi tersebut sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara untuk merespons peningkatan tekanan inflasi dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global, di tengah persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia yang tetap positif.

Dengan perkembangan ini, mata uang Garuda sampai dengan 20 Juli 2022 terdepresiasi 4,9 persen dibandingkan dengan level akhir 2021.Namun Gubernur BI PerryWarjiyo menjelaskan kondisi kurs rupiah tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Malaysia yang menurun 6,41 persen, India 7,07 persen, dan Thailand 8,88 persen.

"Ke depan, BI terus mencermati perkembangan pasokan valas dan memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi," tegas Perry Warjiyo.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement