Jumat 22 Jul 2022 05:49 WIB

Inflasi Meningkat, ECB Akhirnya Naikkan Suku Bunga Acuan Setelah 11 Tahun

Sampai saat ini ECB hanya memberi sinyal kenaikan bunga acuan sebesar 25 bps.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Bank Sentral Eropa (ECB). ECB akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam 11 tahun.
Foto: vb.com
Bank Sentral Eropa (ECB). ECB akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam 11 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Bank Sentral Eropa (ECB) akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam 11 tahun. Langkah ini dilakukan seiring dengan pertumbuhan harga konsumsi yang tidak terkendali.

Dengan inflasi yang sudah mendekati angka dua digit, kebijakan menaikkan suku bunga menjadi sangat diperlukan. Dampak perang Rusia-Ukraina telah membuat perekonomian tertekan.

Baca Juga

Meski demikian, pembuat kebijakan masih belum bersepakat terkait langkah apa yang akan diambil untuk merespons kondisi tersebut. Eropa cukup tertinggal dari negara lainnya yang sudah lebih dulu menaikkan suku bunga.

Sampai saat ini ECB hanya memberi sinyal kenaikan bunga acuan sebesar 25 bps. Namun, ECB juga memberi sinyal untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi sebesar pada beberapa bulan mendatang karena melihat prospek inflasi yang kian memburuk.

"Kami melihat potensi kenaikan 50 bps pada September tetap ada. Kami memperkirakan kenaikan 50 bps juga terjadi pada Oktober," kata BNP paribas dilansir Reuters, Kamis (21/7/2022). 

Pasar sekarang melihat kenaikan senilai hampir 100 bps pada bulan September. Hingga akhir tahun 2022, ECB diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan mencapai 170 bps dengan beberapa kenaikan 50 bos di sepanjang jalan.

Kondisi semakin dipersulit dengan adanya penurunan euro ke level terendah terhadap dolar AS belum lama ini. Tekanan terhadap inflasi di Eropa pun terus meningkat. Sehingga menaikkan suku bunga yang lebih besar pun dimungkinkan meski pada akhirnya harus memangkas pertumbuhan ekonomi.

Di sisi lain, ECB harus melindungi lebih banyak negara seperti Italia atau Spanyol dari melonjaknya biaya pinjaman. Sehingga kesepakatan pada skema pembelian obligasi baru juga akan dibutuhkan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement