Kamis 21 Jul 2022 13:02 WIB

Badan Pangan Nasional Pastikan Kondisi Gula Nasional Aman Terkendali

Gula sebagai salah satu komoditas pangan yang memengaruhi inflasi di Indonesia.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Proses produksi gula dalam pabrik (ilustrasi)
Foto: fxcuisine.com
Proses produksi gula dalam pabrik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Pangan Nasional (NFA) memastikan akan terus mengawal stabilisasi pasokan dan harga komoditas gula. NFA juga mendorong penguatan stok gula nasional. Namun sejauh ini, NFA menilai situasi gula nasional dalam kondisi aman dan terkendali.  

Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, mengatakan, sebagai salah satu komoditas pangan yang memengaruhi inflasi, Presiden Joko Widodo mengarahkan agar mempersiapkan kebutuhan gula nasional dengan baik.

Baca Juga

"Bertahap mengurangi impor dan swasembada gula dalam 5 tahun ke depan,” kata Arief dalam pernyataan resminya, Kamis (21/7/2022).

Untuk mencapai sasaran tersebut, Arief mengatakan, perlu dilakukan perbaikan kegiatan budidaya dan pasca panen secara detail. Seperti koordinat lokasi penanaman tebu, ketepatan jumlah dan waktu pemupukan, hingga persiapan bibit di level budidaya gula.

Sementara itu, tingkatan pasca panen perlu disiapkan perbaikan pabrik, peningkatan rendemen untuk gula berbasis tebu, juga keterlibatan teknologi untuk alternatif energi dari ethanol dari produk samping industri gula.

Arief mengatakan, NFA juga akan terus mengawal stabilitas harga jual gula dari tingkat petani hingga konsumen. “Kami akan kawal dari hulu hingga hilir. Untuk memastikan stabilisasi perlu dijaga kepastian harga di tingkat petani agar minat petani untuk menanam tebu tetap tinggi, sehingga dapat memastikan ketersediaan bahan baku tebu,” ujar dia.

NFA mencatat, harga gula petani juga berbanding lurus dengan produktivitas petani. Saat ini pabrik diminta membeli gula petani Rp 11.500 per kg dan harga acuan di konsumen sebesar Rp 13.500 per kg. Penyesuaian harga ini naik Rp 1.000 per kg dari tahun lalu.

Lebih lanjut, Arief mengatakan, untuk upaya penguatan produksi oleh BUMN bakal dilakukan lewat pendekatan bisnis. Hilirisasi gula juga harus melibatkan berbagai stakehoder seperti Holding Perkebunan PTPN, Holding Pangan ID FOOD, Bulog, Pihak Swasta dan Asosiasi.

"Salah satunya, melalui kolaborasi pendistribusian gula ke wilayah rawan pangan. Diharapkan melalui kerja sama pendistribusian ini harga jual gula tetap stabil dan mengurangi disparitas harga," ujar dia.

Sebagai informasi, kebutuhan total gula nasional sebesar 7,3 juta ton per tahun. Itu terdiri dari kebutuhan gula industri 4,1 juta ton dan 3,2 juta ton gula konsumsi.

Sementara, produksi gula nasional baru sekitar 2,35 juta ton dan seluruhnya digunakan untuk gula konsumsi. Dengan kata lain, untuk dapat mencapai swasembada khusus gula konsumsi, masih dibutuhkan penambahan produksi sekitar 850 ribu ton per tahun.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement