Selasa 19 Jul 2022 16:44 WIB

Josep Borrell: Sanksi Uni Eropa tak Bidik Makanan dan Pupuk Rusia

Borrell tegaskan paket sanksi terhadap Rusia mengecualikan makanan dan pupuk

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan, sanksi Uni Eropa tidak akan membatasi atau memblokade ekspor pupuk dan bahan makanan Rusia.
Foto: AP/Olivier Matthys
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan, sanksi Uni Eropa tidak akan membatasi atau memblokade ekspor pupuk dan bahan makanan Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan, sanksi Uni Eropa tidak akan membatasi atau memblokade ekspor pupuk dan bahan makanan Rusia. Moskow sempat menuding sanksi Barat yang memicu krisis pangan global saat ini.

Borrell menjelaskan, sejak awal memberlakukan paket sanksi terhadap Rusia, produk atau bahan makanan dan pupuk benar-benar dikecualikan. "Jika ada kepatuhan yang berlebihan, jika ada penghindaran pasar oleh beberapa pelaku ekonomi dan keuangan, kami mencoba menjelaskan kepada mereka bahwa tidak ada dalam tindakan pembatasan kami yang mencegah (mereka) mengekspor serta membayar makanan dan pupuk (Rusia)," katanya setelah menghadiri pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels, Belgia, Senin (18/7/2022), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Borrell menilai, krisis pangan global saat ini terjadi karena adanya blokade ekspor gandum akibat konflik di Ukraina. Dia berharap Rusia, Ukraina, dan Turki akan mencapai kesepakatan terkait pembentukan koridor gandum dalam pembicaraan di Istanbul.

Pada 11 Juli lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Mereka membahas tentang krisis di Ukraina, terutama soal pembentukan koridor gandum via Laut Hitam.

"Presiden Erdogan melakukan panggilan telepon dengan Presiden Rusia Putin. Kedua pemimpin membahas situasi di Suriah, situasi di Ukraina sehubungan dengan operasi militer Rusia, pembentukan koridor yang aman untuk mengekspor gandum melalui Laut Hitam," kata kantor kepresidenan Turki dalam sebuah pernyataan.

Pada kesempatan tersebut, Erdogan menekankan tentang sudah saatnya sebuah tindakan diambil untuk mengimplementasikan rencana PBB perihal pembentukan koridor ekspor gandum. Selain itu, Erdogan pun kembali menyerukan penyelesaian konflik Rusia-Ukraina dengan cara damai dan adil lewat perundingan. Dia mengatakan, Turki siap membantu proses negosiasi antara kedua negara.

Pembahasan tentang pembentukan koridor gandum muncul saat Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov bertemu Menlu Turki Mevlut Cavusoglu di Ankara pada 8 Juni lalu. Isu itu muncul karena konflik Rusia-Ukraina telah mengikis persediaan gandum global.

Josep Borrell sempat menyatakan bahwa Rusia harus bertanggung jawab jika terus memblokir pengiriman gandum dari Ukraina. Menurutnya, Moskow bisa dianggap melakukan kejahatan perang. “Orang tidak dapat membayangkan bahwa jutaan ton gandum tetap diblokir di Ukraina, sementara di seluruh dunia orang-orang menderita kelaparan. Ini adalah kejahatan perang yang nyata,” kata Borrell dalam pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels, Belgia, 20 Juni lalu.

Sementara itu, Vladimir Putin telah menyampaikan, negaranya siap mendukung kelancaran ekspor gandum dari pelabuhan Ukraina yang kini berada di bawah kendali pasukan Rusia. Menurut Putin, saat ini negara-negara Barat berusaha menutupi kesalahan kebijakan mereka sendiri dengan menyalahkan Rusia atas masalah di pasar pangan global. Dia menilai, masalah tersebut akan memburuk karena sanksi Inggris dan Amerika Serikat terhadap pupuk Rusia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement