Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Ihsan

Tips Regulasi Gadget pada Anak ala Ibu Profesional Depok

Eduaksi | Sunday, 04 Dec 2022, 20:22 WIB

Menjauhkan anak dari gadget menjadi tugas berat orang tua masa kini. Alih-alih membatasi, orang tua bisa memberi regulasi penggunaan gadget pada anak. Berikut tips meregulasi penggunaan gadget pada anak ala Ibu Profesional Depok yang disampaikan saat talkshow parenting “Hi-Tech, Hi-Touch Parenting” pada Sabtu (3/12/2022) di Aula Perpustakaan Kota Depok.

Pembicara Talkshow, Dr. Amalia Rahmah, S.T., M.T. menuturkan, membersamai anak di era teknologi sekarang tidak melulu tentang pembatasan. Pendampingan orang tua pada penggunaan gadget bukanlah membuat anak steril dari gadget melainkan pembentukan “imun” pada anak. “Sama kaya covid. Pembentukan imun lebih penting. Dengan kita terpapar dan kita mendampingi saat anak terpapar, kita bisa memasukkan input yang bagus mana, baik atau tidak, boleh atau tidak,” ujar dosen IT tersebut.

Sebelum memasukkan “imun” gadget yang baik pada anak, tentu orang tua harus tahu dulu apa yang anak sukai dari gadget. Dari situlah kemudian dibangun komunikasi yang baik dengan anak.

“Orang tua harus masuk ke dunia dia. (Gadget) itu dunia anak sekarang. Anak suka nonton apa, medsos apa, main game apa. Kita tidak larang, tapi kita masuk di dalamnya. Sebab ada anak-anak dengan karakter tertentu nggak bisa kita larang gadget. Makin dilarang makin rebbel. Kita coba dulu apa yang mereka suka. Komunikasi tentang pembatasan waktu, dan sebagainya, jadi lebih mudah saat kita masuk disitu. Jadi berjalan regulasi,” tuturnya.

Lalu, regulasi gadget apa saja yang bisa kita terapkan? Berikut penjelasan dari Amalia yang juga member Ibu Profesional tersebut.

1. Sepakati Screen Time

Buat kesepakatan dengan anak terkait waktu penggunaan gadget. Dalam hal ini, orang tua juga bisa menggunakan aplikasi yang beragam tajuknya untuk pengaturan screentime pada anak. Adapun ketika anak minta perpanjangan waktu, maka orang tua perlu melakukan diskusi dengan anak.

“Di awal set 1-2 jam, setelahnya by request, boleh nggak diperpanjang. Kita mengejar komunikasi, bukan sekedar screen time. Ketika anak minta perpanjangan waktu, mereka butuh argumen. Kalau diperpanjang kenapa, alasannya apa. Jadi, ajak anak diskusi,” terang Amalia.

2. Pendampingan Konten

Dibandingkan screentime, konten jauh lebih penting dalam meregulasi gadget pada anak. Orang tua harus memberikan pendampingan terkait konten apa saja yang dibolehkan anak untuk mengaksesnya. “Peran kita pendampingan. Yang penting itu kontennya. Mutlak butuh pendampingan orang tua untuk tahu mana yang baik mana yang tidak. Kita kasih rule. Kita duduk berdampingan dengan anak (yang usianya masih) kecil. Kalau anak yang lebih besar, kita ajak diskusi, ini boleh nggak,” ujar ibu dengan tiga buah hati tersebut.

Inilah yang dimaksud “imun” yang harus ditanamkan pada anak. Pemberian “imun” konten sejak dini, kata Amalia, sangat penting dilakukan orang tua. Mengingat saat ini konten sangat beragam dan terus berkembang. Ketika imun itu sudah kuat, maka orang tua dapat dikatakan berhasil menerapkan regulasi atau aturan kepada anak. “Kamu berhasil menerapkan aturan ke anak ketika dia bisa melakukan itu tanpa kita lihat. Ketika ibu nggak ada, regulasi tetap berjalan.”

3. Penanaman Faedah atau Tidak

Untuk anak usia yang lebih besar, “imun” konten juga ditambah dengan pemahaman faedah atau tidak faedah. Sebab, saat ini konten sangat beragam dan banyak pula konten yang tidak bermanfaat. “Dulu kan jelas yang dilarang pornografi, batasan aurat. Kalau sekarang ditambah berfaedah atau tidak. Terkadang, yang nggak faedah yang mereka suka. Jadi selain aurat, dan lain-lain, juga (aturan konten) faedah atau unfaedah.”

4. Aturan Terkait Meniru

Anak seringkali meniru apa yang ditontonnya. Hal ini pun perlu regulasi yang harus diterapkan orangtua pada anak. “Apa yang bisa ditiru, apa yang tidak. (Walaupun) terkadang nggak bahaya, harmless, tapi demi anak-anak nggak di-bully teman, jangan meniru yang aneh-aneh,” ujar Amalia yang merupakan doktor di bidang IT.

Bisakah Mensterilkan Anak dari Gadget?

Tips regulasi di atas bukanlah sebuah pembenaran orang tua memberikan gadget pada anak. Amalia menambahkan, setiap keluarga memiliki kebijakan tersendiri dalam penggunaan gadget. Yang menjadi sorotan bukanlah pilihan orang tua dalam memberi atau tidak memberi gadget pada anak, melainkan bagaimana orang tua dapat konsisten dengan pilihan tersebut.

“Ini bukan pembenaran. Setiap keluarga unik. Kadang kita punya pilihan sendiri, nggak comparable dengan orang lain. Kadang ibu-ibu stres karena membandingkan dengan ibu lain yang ideal. Ketika kita memilih berbeda, misal orang tua yang sehari-hari harus menggunakan gadget, kita nggak bisa melarang sesuatu yang nggak bisa kita beri contoh. Pilihan ada di setiap keluarga masing-masing, asalkan konsisten. Di tengah pilihan kita, tetap jaga koridor. Anak saya tetep on track nggak dengan pilihan parenting keluarga saya,” pungkasnya.

Tips parenting tersebut disampaikan saat acara talkshow yang dihelat Ibu Profesional Depok (IP Depok), Sabtu (3/12/2022) lalu. Talkshow yang dihadiri sekitar 100 ibu tersebut merupakan rangkaian acara Parade Selebrasi Wisuda dan Milad Ibu Profesional Depok ke-11. Selain talkshow, agenda acara juga meliputi wisuda mahasiswi perkuliahan di Institut Ibu Profesional, serta agenda mendatang berupa kegiatan sosial khitanan massal yang akan dihelat pada Sabtu (17/12/2022) di Sekolah MIT Nurul Iman, Beji Depok.

Sebagai informasi, Ibu Profesional Depok merupakan komunitas yang menyediakan wadah bagi para perempuan untuk belajar, mengembangkan potensi diri, dan menebar manfaat. Dibentuk sejak 11 tahun lalu, IP Depok saat ini telah memiliki anggota sebanyak 584 perempuan dari beragam latar belakang pendidikan dan profesi. Komunitas ini juga memiliki institut yang menjadi wadah perkuliahan para perempuan untuk belajar menjadi seorang ibu professional.()

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image