Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image HeryWibowo

Gerakan Bawah Sadar Perdamaian Antar Suporter Sepakbola

Olahraga | Thursday, 06 Oct 2022, 06:30 WIB

Pekan ini, warga negara Indonesia menyaksikan bahwa gerakan perdamaian antar pendukung klub sepakbola terus berjalan. Antar klub, antar wilayah menyatakan diri untuk berkomitmen terhadap perdamaian. Mereka mendeklarasikan diri untuk menjunjung tinggi perdamaian, dan menekan ataupun membuang jauh-jauh rivalitas berbasis dendam yang seringkali mengundang amarah.

Hal ini patut diapresiasi sebagai langkah yang sangat baik dan positif. Walaupun tentu nyawa yang hilang akibat tragedi Kanjuruhan tidak dapat dinilai dengan apapun, namun upaya menarik hikmah dengan aksi nyata ini sangat patut diapresiasi. Ragam komunitas pencinta klub sepakbola (fanbase) ramai-ramai secara sukarela menyatakan komitmennya untuk menjunjung tinggi perdamaian dan membuang jauh-jauh dendam dan rivalitas. Ini adalah gerakan sosial yang luar biasa. Fenomena ini merupakan praktik perilaku berbasis ketidaksadaran (unconscious mind) yang melahirkan perilaku terpuji, berbasis dorongan untuk menghindari situasi kacau (chaos) dan meninggalkan potensi perilaku kekerasan. Alam bawah sadar anggota komunitas sepakbola telah tersentuh melalui tragedi dahsyat ini, sehingga tanpa dikomando, lahir pemikiran yang sejalan seirama untuk mengunjungi komunitas lainnya dan mendeklarasikan perdamaian. Perbedaan sejarah klub bola, tradisi rivalitas, gengsi identitas sosial seakan luruh oleh kesadaran baru untuk mengarusutamakan perdamaian dan sportivitas serta nilai luhur olah raga.

Gerakan sosial masif dan komunitas sepakbola yang tidak mengenal usia, latar belakang, budaya, status demografi dan lokasi geografi ini patut menjadi perhatian pemerintah. Ragam kebijakan publik, perlu dibangun seiring dan sejalan dengan arus yang berdinamika di akar rumput ini. Sehingga dorongan bawah sadar untuk berdamai, dan berkomitmen tinggi pada sportivitas dan perdamaian, dapat didukung dengan kebijakan yang sesuai dan memantapkan atau bahkan melegalisasi komitmen gerakan tersebut. Gerakan sosial ini, secara umum lahir dan berpotensi membangun modal sosial yang kuat dari masyarakat. Tiga dimensi besar pembentuk modal sosial (seperti dikutip dari teori Putnam misalnya) dapat mulai terbaungun dan terlegitimasi, yaitu dimensi Kepercayaan, Norma dan Jaringan.

Kepercayaan

Kepercayaan antara pendukung lintas klub akan mulai terbangun, yaitu rasa saling percaya untuk tidak mengedepankan rivalitas dan tindakan kekerasan. Rasa saling percaya bahwa masing-masing pendukung akan mengedepankan sportivitas dan perdamaian. Rasa percaya bahwa menyaksikan pertandingan sepakbola di stadion akan memberikan rasa aman dan nyaman, tanpa kawatir berlebihan akan 'diserang oleh pendukung lawan'.

Norma

Gerakan sosial yang masif, secara umum dapat mendorong lahirnya 'norma' baru diantara para pembawanya. Akan lahir secara informal, sebuah 'norma', atau aturan/kesepakatan bersama bahwa kekerasan hanya akan mendatangkan penderitaan, dan rivalitas yang berlebihan hanya akan mendatangkan kesengsaraan. Akan lahir norma baru bahwa Sepakbola adalah hiburan bersama sekaligus lahan edukasi untuk membangun kedewasaaan, sportivitas, kerjasama tim, kepemimpinan dan lain-lain. Akan lahir norma yang semakin kuat terkait penghayatan kredo 'bersatu kita kuat, bercerai kita runtuh'.

Jaringan

Melalui masifinya gerakan perdamaian antar komunitas, maka jaringan baru akan tercipta. Jaringan lintas klub, lintas geografi dan lintas status demografi. Jaringan yang akan melelehkan batas-batas gengsi psikologis, status semu, kasta liga dan lain-lain. Jaringan yang bersatu karena hati yang menyadari mahalnya nyawa. Jaringan yang berkelindan kuat karena ingin-ingin sama-sama selamat dan jauh dari kekawatiran ketika bersama-sama menyaksikan pertandingan sepakbola langsung dari Stadion. Jaringan yang mampu membunyikan 'early warning system' ketika sub-sub anggota ada yang mulai bergejolak, sehingga dapat diredam sedini mungkin.

Akhirnya, kita ingat pada pepatah, 'gara-gara nila setitik, rusak susu sebelangan'. Walaupun tidak ada satu orangpun dari kita yang senang dengan peristiwa ini. Meskipun tidak ada satu pun dari kita yang tidak bersedih dan merasa kehilangan, namun ragam kebaikan dan maslahat dari pertandingan sepakbola tetap perlu dipertimbangkan. Ribuan warga negara 'hidup' dari pertandingan ke pertandingan lainnya. Manusia secara umum dibekali 'akal dan qalbu' untuk terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan. Hikmah demi hikmah perlu terus digali untuk menyajikan sajian sepakbola yang aman serta damai bagi semua, serta diselenggarakan dengan tata kelola yang profesional, presisi dan penuh dedikasi. Rangkaian pertandingan dapat dimulai dengan "tanpa penonton' terlebih dahulu, sebelum seluruh prosedur tetap (protap) serta petunjuk teknis penyelenggaraan terdokumentasi dan terhayati dengan baik oleh seluruh panitia penyelenggara. Hikmah persatuan dan kesatuan antar warga negara yang semakin terbangun melalui tragedi ini, juga merupakan hal yang patut disyukuri. Gelombang pelayat, dan ribuan anggota masyarakat yang mengungkapkan kesedihannya dengan berbagai cara juga merupakan hal yang patut disyukuri. Nurani itu masih ada menyertai kesedihan yang menyayat. Solidaritas itu masih nyata di depan mata. Logika akal sehat juga masih terus dibangun dengan upaya tanpa henti menarik hikmah terbaik dari peristiwa yang Allah Subhanahu wa ta'ala sajikan di depan hambaNya ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image