Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sri Mardaleni

Pendidikan Karakter Berbasis Teknologi

Edukasi | Monday, 26 Sep 2022, 20:05 WIB

Di zaman yang serba cangih, semua dilakukan secara mudah dan begitu instan. Begitu juga dengan perkembangan teknologi. Manusia memanfaatkannya dengan berbagai keperluan dan kebutuhan. Terutama, pada saat ini berkembangnya industri 5.0 semua kalangan bisa menikmati kecangihan teknologi tersebut. Termasuk di sana adalah praktisi pendidikan, dengan tujuan bahwa untuk menciptakan kemajuan pendidikan.

Seperti sisi mata uang, kecangihan teknologi hadir sebagai pelengkap bagi praktisi pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan. Terlebih lagi, bagi pendidik dalam mencapai misi tujuan pendidikan. Ini lah yang menjadi tantangan tersendiri bagi seorang pendidik zaman sekarang. Sebab musababnya adalah sebuah teknologi, contohnya siswa bisa mengakses pelbagai jenis bahan ajar dan keperluan saat proses pembelajaran. Baik itu konten berbasis video atau tulisan yang menjelaskan suatu pelajaran.

Teacher and Students Having Class Outdoors · Free Stock Photo (pexels.com)" />
Teacher and Students Having Class Outdoors · Free Stock Photo (pexels.com)

Dalam kemudahan-kemudahan belajar yang pemerintah instruksikan apakah peran guru akan tergantikan ? Atau berbagai perubahan sistem pendidikan yang saat ini mengunakan Kurikulum Merdeka. Banyak pertanyaan yang muncul bahwa berubahnya sebuah sistem akan membawa perubahan secara komprehensif. Terlebih lagi akan tercapainya tujuan awal pendidikan yaitu pendidikan karakter.

Jauh-jauh hari sebelumnya sebuah aplikasi yang bernama Ruang Guru menjadi primadona ditingakat pendidikan, SD, SMP dan SMA. Di sana, berbagai kebutuhan peserta didik disuguhkan. Pada aplikasi ini terdapat berbagai konten untuk siswa memahami mata pelajaran dan untuk kebutuhan persiapan Ujian Nasional mendatang.

Akibatnya peran guru secara manual mentranfer ilmu lambat laun tergantikan oleh peran teknologi. Semua dikemas teknologi secara sempurna dan mudah diakses. Bahan ajar yang disuduhkan begitu lengkap dari berbagai sumber terkemuka. Sesuai dengan perkembangan zaman tadi ada penerapan kurikulum 2013 dimana peran seorang guru lebih banyak diam ketimbang siswa yang diajarkan.

Ada yang lebih lagi jika berbicara mengenai seorang pendidik pada zaman sekarang. Berdasarkan definisi dari bapak pendidikan Ki Hajar Dewantara pendidikan itu mengandung makna IngNgarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Dari definisi tersebut mengandung makna bahwa seseorang pendidik harus memiliki ketiganya. Dengan tujuan bahwa seorang pendidik itu insan yang berkarakter.

Secangih apa pun teknologi pada zaman sekarang tidak menyurutkan seorang guru pada dunia pendidikan. Pasalnya, dunia pendidikan itu yang lebih utama adalah penanaman karakter. Seperti dalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, di mana pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kemudian dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 141 tahun 2005 tentang penjelasan sistem pendidikan nasional (sisdiknas) pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Diharapkan pendidikan di Indonesia mampu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, berahlak dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk itu, diharapkan bahwa pendidikan karakter itu sangat penting. Dengan adanya pendidikan karakter dalam praktisi pendidikan mampu membentuk watak sisiwa kearah yang bermoral dan bermartabat. Dalam pencapaian ini tentu diharapkan lagi bahwa seorang pendidik lebih sadar lagi betapa pentingnya pendidikan karakter. Tentu ada beberapa cara untuk mencapai semua itu bisa terealisasi pada praktisi pendidikan. Yang pertama, bahwa seorang pendidik mampu menguasai teknologi agar jangan tertinggal. Kedua, seoarang pendidik harus lebih kreatif dalam medisain kerangka belajar dengan berbasis teknologi. ketiga, sorang pendidik harus mengisi akademisnya agar lebih berpengalaman.

Dalam pandangan ini sedikit menjelaskan bahwa pendidikan adalah jantung seseorang dalam bersikap, bertindak dan bermoral. Untuk itu seberapapun majunya suatu teknologi tidak menjamin peserta didik menjadi terdidik dan dijauhi oleh perbuatan –perbuatan yang merugikan pihak lain. Upaya itu tidak terjadi tentu harus ada solusi yaitunya dengan serius menjalankan tujuan pendidikan walaupun cara pembelajaranya yang maju.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image