Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Loker Pintar

4 Cara Negosiasi Gaji Untuk Fresh Graduate

Eduaksi | Saturday, 21 May 2022, 15:30 WIB

Jika Anda sebagai lulusan baru akan memasuki dunia profesional, Anda harus memikirkan negosiasi gaji yang tepat. Karena faktor upah jelas merupakan aspek terpenting bagi pencari kerja, meskipun tidak untuk semua orang.

Jangan biarkan diri Anda melakukan kesalahan terkecil yang nantinya akan Anda sesali. Secara umum, negosiasi upah sering diadakan di akhir wawancara kerja sebelum psikotes online diadakan.

Pertanyaan tentang gaji ini seringkali sulit dijawab oleh lulusan baru. Ada sesuatu yang sebenarnya perlu Anda persiapkan sebelum Anda benar-benar dalam keadaan wawancara kerja.

Ada langkah-langkah dan pedoman yang harus Anda kenali dan terapkan untuk memastikan negosiasi gaji Anda berjalan dengan baik dan sesuai dengan persyaratan Anda.

Lihat beberapa kebijakan di bawah ini untuk lebih jelasnya.

1. Perluasan informasi data upah sebelum perundingan bersama

Anda harus melakukan ini beberapa hari sebelum janji Anda untuk wawancara kerja. Temukan informasi gaji sesuai dengan status yang Anda cita-citakan, bandingkan latar belakang mengajar dan lokasi perusahaan Anda. Latar belakang mengajar sering menjadi salah satu faktor dalam menentukan tingkat gaji untuk karyawan baru.

Atau jika Anda melamar pekerjaan status umum, carilah informasi berapa gaji minimum regional untuk area perusahaan yang Anda lamar. Anda dapat mencari tahu tentang besaran upah di Internet atau bertanya langsung kepada rekan kerja atau anggota keluarga untuk perbandingan.

2. Lulusan baru harus memiliki fasilitas upah kolektif

Opsi ini agak sulit bagi fresh graduate, tetapi Anda harus tabah dan mampu melakukannya. Karena itu, jika ditanya berapa gaji yang diharapkan, Anda juga harus menjawab dengan jelas. Jangan bicara omong kosong, itu hanya menunjukkan Anda tidak memiliki tekad bahkan untuk diri sendiri.

Anda harus menjelaskan dengan jelas berapa angka-angka dalam besaran upah tersebut, tentunya harus sesuai dengan data yang Anda terima semula. Oleh karena itu, Anda harus memiliki data yang benar mengenai informasi besaran upah dalam status yang Anda cari. Anda harus menyadari bahwa akhir-akhir ini jarang sekali faksi perusahaan mengatakan tingkat upah secara langsung kepada karyawan baru.

3. Jelaskan argumen yang tepat untuk gaji yang Anda inginkan

Ketika Anda memberi perusahaan nomor gaji pada saat wawancara, seimbangkan dengan argumen yang bagus mengapa Anda harus dibayar sebanyak itu. Bersikaplah optimis terhadap perusahaan jika Anda adalah orang yang mendapatkan gaji sebesar itu dari perusahaan. Gunakan argumen profesional tentang gaji yang Anda minta.

Jika Anda lulusan baru, pengalaman kerja tentu bukan argumen yang akurat. Anda dapat menggunakan argumen seperti sertifikat atau keterampilan khusus yang mungkin tidak dimiliki pelamar lain. Mau tidak mau, tidak ada argumen yang bisa dilontarkan, argumen sederhana seperti transportasi dan biaya hidup yang bisa dijadikan tolak ukur.

4. Pikirkan tentang elastisitas dalam transaksi

Tentu menentukan besaran upah tidak sesederhana mengganti telapak tangan, tentunya ada kesepakatan antara Anda dengan pihak perusahaan. Anda juga harus dapat memahami hal ini, itulah sebabnya Anda harus memiliki cincin batas upah minimum Anda sendiri sejak awal.

Misalnya, apa yang Anda ambil sebagai dasar batas minimum adalah persyaratan hidup Anda. Jadi jika tingkat upah jauh di bawah kebutuhan Anda, Anda harus menolaknya. Tetapi jika gaji Anda tampaknya masih di atas tuntutan hidup Anda, tetapi tidak sebanyak yang Anda harapkan, itu harus diperhitungkan.

Ingatlah bahwa Anda masih berstatus fresh graduate. Karena tidak menutup peluang, gaji Anda juga bisa meningkat seiring dengan kinerja dan pengalaman.

Ini adalah beberapa panduan yang mungkin berguna bagi Anda sebagai lulusan baru saat menegosiasikan gaji. Semoga panduan di atas dapat membantu Anda.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image