Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image SYIFA HANISA FARADILA

Penghasil Kakao Terbesar, Pantai Gading Layak Jadi Contoh RI

Bisnis | Wednesday, 24 Nov 2021, 08:48 WIB

Pada kehidupan modern saat ini, tak jarang kita menemukan olahan berbahan dasar coklat pada berbagai jenis makanan. Coklat sendiri berasal dari biji buah kakao yang sebelumnya telah melewati serangkaian proses pengolahan. Buah kakao, ternyata, merupakan andalan perkebunan yang menjadi komoditas ekspor dunia, yang memiliki peran cukup penting dalam perekonomian nasional. Indonesia, seperti yang kita tau, telah memanfaatkan hasil buminya untuk kemudian di ekspor ke berbagai negara, salah satunya yakni kakao. Kakao, telah menyumbang Produk Domestik Bruto Indonesia sebanyak 3,2% dan menjadikannya sebagai hasil bumi dari Indonesia yang dapat diandalkan sebagai komoditas ekspor tingkat dunia. Disinilah peran dari hubungan internasional Indonesia sangat dibutuhkan, salah satunya yaitu dengan melakukan studi kawasan, guna mengetahui dan memahami regionalisme dari suatu kawasan, kebijakan luar negeri kawasan lain, geopolitik kawasan lain, serta melihat bagaimana negara tersebut menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.

Tidak hanya Indonesia, beberapa negara lain juga berkecimpung dalam industri kakao, seperti Ghana, Nigeria, Kamerun, dan Pantai Gading. Pantai Gading, negara yang terletak di Afrika Barat, merupakan salah satu dari penghasil kakao terbanyak di dunia. Dilihat hari posisi geopolitiknya, Pantai Gading berperan sebagai kunci dalam perdagangan transit beberapa negara yang terkurung oleh daratan. Pantai Gading menjadikan industri kakao sebagai komoditas ekspor utama untuk menyokong ekonomi nasionalnya dan terdapat lebih dari enam juta penduduknya bekerja pada sektor ini. Pantai Gading sedikit banyaknya–pada 2011–telah menyumbang sebesar 40 persen kakao dunia dengan mengekspor biji kakao sebanyak 1,42 juta ton per tahun dan mungkin akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah peminat biji kakao. Pantai Gading memanfaatkan kakao sebaik mungkin, selain dengan mengekspornya, Pantai Gading mulai membangun pabrik biomassa untuk mengolah limbah yang dihasilkan dari industri kakao. Pabrik biomassa Pantai Gading akan menggunakan seluruh bagian tanaman kakao untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik. Berdasarkan studi kelayakan, fasilitas pembangkit listrik biomassa Divo ini akan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 4,5 juta ton dibandingkan dengan sumber listrik pada saat ini.

Berkaca pada negara Pantai Gading, mereka mampu memaksimalkan pemanfaatan kakao tidak hanya dengan mengekspor bijinya, tetapi juga dengan memanfaatkan limbahnya untuk dijadikan sebagai energi terbarukan. Melihat posisi geopolitik Indonesia yang ideal dalam perdagangan internasional dan juga sumber daya alam yang begitu melimpah, seharusnya Indonesia bisa lebih memanfaatkan peluang kerjasama internasional, dalam hal ini yaitu pada ekspor kakao. Dengan letak geografis yang dimiliki oleh Indonesia, banyak pintu dan jalur perdagangan yang bisa diambil Indonesia dalam mengekspor kakao, yang nantinya diharapkan bisa berpotensi menaikkan ekonomi nasional Indonesia. Indonesia juga dapat “mencontek” negara Pantai Gading untuk dapat memanfaatkan atau mengolah kembali limbah-limbah dari hasil ekspor kakao menjadi sesuatu yang lebih berguna, seperti menjadikannya sebagai energi terbarukan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image