Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mar'atul Mukarromah

Tentang Jodoh: Galau Jodoh Belum Kunjung Datang?

Curhat | Monday, 25 Oct 2021, 21:18 WIB

"Aku lagi sedih gara-gara ada temanku yang lebih muda dari pada aku baru saja menikah. Sedangkan aku, di usia yang udah segini kok belum-belum ketemu jodoh? Apa Allah benci sama aku karena aku banyak dosa?". Isi chat seorang teman di suatu malam yang menenangkan.

Percayalah aku juga pernah berada di posisi seperti itu. Aku pernah sedih ketika satu-persatu sahabatku menikah. Pernah diam-diam menangis sejadi-jadinya di kamar, hanya karena tetangga sebelah rumah yang jauh lebih muda dariku menikah. Bukannya aku tak turut bahagia ketika mereka bertemu belahan jiwanya. Hanya saja dalam hati bertanya "Ya Allah, aku kapan? Orang lain kenapa begitu mudah jatuh cinta dan bertemu jodohnya, tapi kenapa saya sulit sekali?".

Sedih? Iya. Tapi itu bukan alasan untuk kita berprasangka buruk terhadap Allah. Belum bertemu jodoh bukan berarti Allah tak sayang pada kita. Belum bertemu jodoh tak akan mengurangi kemuliaanmu sebagai wanita. Selama kita tetap berada di jalur yang telah ditentukan oleh Allah, Allah pasti akan berikan balasan terbaik atas setiap kesabaran.

Wajar jika merasa cemas dalam proses penantian. Hanya saja mungkin saat ini memang belum waktunya, karena waktu itu milik Allah. Allah belum datangkan jodoh itu, karena mungkin memang dosa kita yang sangat banyak. Allah belum pertemukan kita dengan jodoh, karena mungkin sekarang kita belum mampu untuk memikul masalah dalam rumah tangga. Bisa jadi juga, Allah masih memberi kita kesempatan untuk berbakti kepada kedua orang tua kita dulu. Bukankah masih banyak ibadah lain yang bisa kita lakukan?

"Umur kamu sudah sekian tahun kok gak nikah-nikah?", "Makanya kamu jangan kaku jadi orang, kalo nggak mau deket atau pacaran gimana mau ketemu jodoh?". Mungkin maksud yang bertanya baik agar yang masih jomblo segera menikah. Tapi, seringkali pertanyaan dan pernyataan seperti ini membuat orang jadi sedih dan cemas. Akhirnya yang terjadi adalah, banyak yang menikah asal terima siapa saja yang datang tanpa mempertimbangkan agama dan akhlak. Banyak juga yang tadinya bertekad menjaga diri, akhirnya tergoda untuk pacaran.

Dalam surat Al-Isra ayat 32, Allah berfirman:

"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra: 32).

Padahal jika dipikir-pikir antara jodoh dan pacaran, korelasinya di mana? Bukankah banyak kasus muda-mudi yang berpacaran sekian tahun akhirnya putus, dan malah menikah dengan orang lain. Banyak juga kasus menjelang beberapa hari pernikahan, malah batal. Malah ada yang tadinya keukeuh menjaga diri dan membatasi ienteraksi dengan lawan jenis, Allah permudah untuk bertemu jodohnya. Bukankah dari hal-hal tersebut bisa diambil pelajaran, kita mau jungkir balik dekat dengan lawan jenis, jika Allah tak berkehendak maka tak akan terjadi. Karena sungguh jodoh itu kekuasaan Allah.

Jangan menikah hanya karena umur, apa lagi karena kata orang. Menikahlah karena kita yakin dia bisa membimbing kita untuk taat kepada Allah. Kita yakin dengan bersamanya kita akan menjadi pribadi yang lebih baik. Karena menikah itu tak melulu soal cinta. Menikah bukan ending menuju kebahagiaan. Seperti bunga mawar. Terlihat indah, tapi berduri. Kita pasti akan mengalami suka duka, juga menemukan berbagai masalah. Karena itu kita butuh pasangan yang tak hanya berperan sebagai kekasih halal, tapi juga bisa menjadi sahabat, pasangan yang bisa menjadi teman bertumbuh bersama untuk menjadi lebih baik. Karena aku percaya, pasangan yang baik adalah yang senantiasa mendukung pasangannya untuk bertumbuh menjadi lebih baik.

Tetaplah pelihara prasangka baik terhadap Allah. Tetaplah menjadi pribadi yang ramah dan baik terhadap setiap orang. Allah pasti akan hadirkan pelangi setelah hujan, selama kita tetap berada di jalur yang ditentukan-Nya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image