Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Supadilah

Pembelajaran Bermakna di Masa Pandemi

Guru Menulis | Wednesday, 06 Oct 2021, 11:37 WIB
Pembelajaran tatap muka terbatas saat pandemi. Siswa menggunakan masker di dalam kelas (dokumentasi Supadilah)

Dalam sebuah pelatihan pembelajaran daring, pemateri bertanya kepada peserta yang terdiri dari kepala sekolah dan guru. “Enak mana belajar daring atau tatap muka, Bapak Ibu?” “Tatap mukaaa” jawab semua peserta kompak.

Pembelajaran selama pandemi memang banyak tantangan. Banyak pula kesulitannya. Jangankan siswa, guru pun merasa kerepotan lho dengan belajar daring. Belajar daring juga menimbulkan kejenuhan. Sudah hampir dua tahun kita mengalami pandemi. selama itu pula anak-anak melakukan belajar dari rumah (BDR). Jadi, wajar kalau bosan dengan kondisi seperti ini.

Supaya tidak bosan, BDR harus dilakukan dengan bahagia. Bagaimana caranya?

Dimulai dari guru. Ada kaidah dalam menolong seseorang. “Sebelum memakaikan masker ke oranglain, pakailah masker untuk sendiri dulu.” Sebelum menolong orang lain, tolonglah diri sendiri. Sebelum membuat siswa bahagia, gurunya harus bahagia dulu.

Misalnya, sebelum mengajar guru senyum-senyum dulu. Ciptakan dan hadirkan kebahagiaan yang membuat kita bisa tersenyum. Bukan karena gila, tapi biar kelihatan bahagia saat mengajar.

Juga jangan langsung belajar. Tapi mulai dengan menyapa kabar siswa, pancing mereka bertanya dan bangun optimisme bahwa kita dapat melewati kondisi ini.

Agar kelas lebih hidup, guru bisa memberikan ice breaking seperti tebak-tebakan, cerita lucu, video lucu, dan sebagainya. Intinya memberikan penyegaran agar siswa siap untuk belajar.

Pembelajaran Bermakna Pada Masa Pandemi

Pembelajaran daring (sumber: Republika Online)

Pembelajaran yang tepat pada masa pandemi ini adalah pembelajaran bermakna yang mengandung tiga pengertian yaitu kontekstual, relevan, dan konkret (Webinar 8: Mengelola Pembelajaran Adaptif, Fleksibel dan Akomodatif).

Pembelajaran kontekstual artinya pembelajaran yang mengaitkan materi belajar dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Konkret atau nyata berarti siswa belajar contoh langsung pendidikan karakter. Mereka bisa belajar keberagaman, gotong royong, keja sama, dan mandiri dari kehidupan mereka.

Relevan artinya sesuai kebutuhan atau kondisi anak. Perlu ada akivitas yang memfasilitasi proses menumbuhkan karakter itu.

Misalnya belajar mengenal virus atau membuat masker (IPA), menjaga kesehatan tubuh (PJOK), poster pencegahan Covid-19 (Seni Budaya), menangkal hoaks Covid-19 (Bahasa Indonesia), atau membuat data perkembangan Covid-19 (Matematika).

Media pembelajaran pun harus dibuat menarik. Guru bisa memanfaatkan Rumah Belajar. Saya mengajak siswa praktikum di Laboratorium Maya. Simulasi praktikum tersaji secara interaktif dan menarik. Tampilannya bagus sehingga siswa belajar dengan senang.

Karakter merupakan poros pendidikan. Karena itu, apa pun kondisinya, pembelajaran harus menumbuhkembangkan karakter-karakter luhur itu.

Nilai-nilai karakter dapat ditumbuhkan melalui pembelajaran. Suatu hari saya berdiskusi dengan siswa tentang dampak positif Covid-19. Imbauan Work from Home orang jadi jarang keluar rumah. Mobil atau sepeda motor semakin sepi di jalanan. Hal ini mengurangi polusi udara. Informasi mengatakan langit semakin cerah. Lalu saya minta siswa memfoto langit di dekat rumah mereka. Hasilnya pun bagus-bagus. Siswa bisa dapat mengaitkan langsung materi pembelajaran dengan kejadian di lingkungannya.

Bagaimana pun juga kualitas BDR tidak sama dengan pembelajaran tatap muka. Namun, bukan berarti kita menyerah dengan keadaan. Pandemi mengajarkan banyak hal seperti menumbuhkan empati, disiplin menjaga kesehatan, bertanggung jawab dengan tugas sendiri, dan lainnya.

Penyederhanaan kurikulum membuat guru semakin fokus pada pendidikan penguatan karakter. Hal ini bisa terintegrasi pada materi pembelajaran. Perangkat ajar pun bisa sederhana, jelas, dan bermanfaat bagi siswa.

Sinergi antara sekolah dan orangtua juga sangat penting. Peran orangtua sangat penting dalam mendampingi anak belajar. Tidak hanya mengawasi tetapi memotivasi belajar dan membantu anak dalam penguatan karakter. Selain itu, orangtua bisa memberikan masukan kepada guru agar pembelajaran menjadi lebih baik.

Esensi dari pendidikan adalah cinta belajar. Ciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan agar mereka cinta belajar. Memelihara suasana bahagia dapat menumbuhkan kreativitas, meningkatkan antusias, dan mengembangkan imajinasi anak. (*)

GuruHebatBangsaKuat

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image