Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Syafi'ie el-Bantanie

Andai Pandemi Pergi, Ingin Kembali Aku Jelajahi Bumi

Lomba | Tuesday, 21 Sep 2021, 17:30 WIB

Oleh: Muhammad Syafi’ie el-Bantanie

Salah satu perintah Allah, yang bagi saya, menarik adalah perintah menjelajahi bumi. Bahasa anak Rohisnya rihlah. Kalau bahasa gaulnya, traveling alias jalan-jalan. Namun, memang bukan sembarang traveling, melainkan traveling dalam rangka menghayati kebesaran dan keagungan Allah yang terhampar di bumi dan memetik pelajaran dari rekam jejak umat atau bangsa terdahulu, untuk kemudian merancang dan mengeksekusi kontribusi.

Al-Qur’an menerangkan, “Katakanlah (Muhammad), ‘Bepergianlah di bumi, lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang terdahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang menyekutukan (Allah).’” (QS. Ar-Rum [30]: 42).

Saya sendiri menikmati sekali setiap kali keluar kota dan keluar negeri dalam rangka memberikan training, mengisi kajian Islam, dan presentasi riset di konferensi internasional. Sedari awal saya niatkan untuk berdakwah. Maka, setiap langkah perjalanannya, saya menikmati sekali.

Ketika di bandara menunggu jadwal pesawat, saya biasanya memerhatikan orang yang hilir mudik. Betapa manusia itu bermacam-macam, tapi tak ada yang sama wajahnya. Nyata sekali kebesaran Allah yang telah menciptakan manusia dalam bentuk terbaik dan menjadikannya berbangsa-bangsa dan bersuku-suku.

Ketika sudah naik di atas pesawat, lebih hebat lagi kebesaran dan keagungan Allah yang tersaji. Saya selalu terkagum-kagum menyaksikan langit membentang dan gugusan awan berarak. Wah, terasa sekali kebesaran dan keagungan Allah. Dan, berasa banget kalau diri ini kecil, nggak ada apa-apanya. Biasanya ada rasa nyeesss di dalam dada. Sejuk dan damai sekali. Karenanya, saya selalu meminta kursi dekat jendela pesawat saat check in supaya bisa menikmati pemandangan indah itu.

Hal lain yang menjadi perhatian saya adalah para awak kabin alias pramugari. Setiap pramugari pasti melayani dengan sopan dan santun. Saya berpikir semoga ini tidak hanya tuntutan pekerjaan, namun juga terejawantah dalam kehidupan sehari-hari. Karena, sopan dan santun adalah bagian akhlak seorang muslim dan muslimah.

Saya juga berpikir andai para pramugari itu diberikan haknya untuk mengenakan busana muslimah dan jilbab, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Bisa jadi di antara mereka ada yang berkeinginan untuk mengenakan jilbab, namun terhalang oleh peraturan perusahaan.

Saya pernah mendapat curhatan dari seorang pembaca buku saya yang berprofesi sebagai pramugari. Ia menyampaikan kegundahannya. Ia ingin sekali berjilbab karena itu kewajiban sebagai muslimah, namun terhalang peraturan perusahaan.

Semoga tulisan ini dibaca oleh pihak maskapai penerbangan di Indonesia. Setahu saya baru ada satu maskapai penerbangan yang memberikan hak kepada pramugarinya untuk mengenakan jilbab. Semoga segera disusul oleh maskapai penerbangan lainnya. Terutama, maskapai penerbangan milik pemerintah.

Kembali ke asyiknya menjelajahi bumi. Tiba di bandara tujuan, lalu menaiki mobil menuju tempat tujuan juga tak kalah asyiknya. Terutama, ketika saya mengisi training dan kajian Islam di sudut-sudut kota di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Papua. Dari Bandara kota setempat masih menempuh perjalanan darat antara dua sampai enam jam perjalanan. Membelah bukit dan menyusuri hutan dan tepian jurang. Seru banget ‘kan?

Sesekali monyet-monyet liar berlarian di tepi jalan mencari makanan. Pemandangan hijau dan rimbunnya pepohonan tersaji di bukit dan hutan. Belum lagi track yang berkelok-kelok dan menanjak. Anak muda banget pokoknya.

Kalian ingin ‘kan? Bisa jalan-jalan dan makan gratis, menginspirasi banyak orang, dan pulangnya dikasih oleh-oleh. Makanya, seriuslah belajar dan menuntut ilmu. Agar kelak dengan ilmu, kalian bisa berdakwah ke segenap penjuru Indonesia dan bumi. Bonusnya bisa jalan-jalan gratis. Hehehe

Mumpung kalian masih muda, belum ada tanggung jawab keluarga, menjelajahlah. Jejakilah setiap jengkal dan sudut bumi ini. Minimal bumi Indonesia. Rasakan guyuran hujannya, hiruplah aroma tanahnya, tataplah jejeran pepohonan dan bukit-bukit yang terhampar. Dengarkan gemericik airnya, suara binatang malam yang sejatinya sedang bertasbih. Resapi dan hayati kebesaran dan keagungan Allah di mana saja kalian menjejakkan kaki.

Petiklah pelajaran dari rekam jejak bangsa-bangsa terdahulu di kota atau negara yang kalian singgahi itu. Akrabilah warganya dengan segala keunikannya. Galilah informasi dan wawasan sebanyak-banyaknya dari mereka. Cermatilah betapa indahnya Allah jadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku.

Lalu, atas semua catatan perjalanan yang mencerahkan itu, jadikan sebagai inspirasi untuk berkontribusi bagi dakwah Islam dan perbaikan umat. Masa depan Islam di masa mendatang ada pada pundak para pemudanya. Pemuda harus berada di garis depan, mengambil peran untuk kejayaan Islam dan kesejahteraan umat.

Semoga pandemi segera pergi agar terjejaki sudut-sudut bumi. Bukan untuk diri, namun untuk memetik inspirasi guna membangun negeri dan memperbaiki tatanan bumi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image