Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Lusi Wulandari

Andai Pandemi Pergi : Momentum Kembali Alami

Lomba | Tuesday, 21 Sep 2021, 15:21 WIB

Jika ditanya apa yang akan terjadi setelah pandemi? Apa yang akan dunia lakukan andai pandemi pergi? Apa yang akan kita lakukan? Krisis kesehatan ini merupakan momentum bagi kita untuk mengubah pola dan kebiasaan hidup agar krisis yang serupa tidak terulang. Atau setidaknya andai ada virus baru menggempur, kita lebih kuat menghadapi gempurannya.

Banyak aspek yang membangun sebuah tubuh, badan, atau fisik menjadi sehat atau sakit. Alam, rumah manusia, tempat kita dilahirkan, bertumbuh, berkembang, dan mati adalah aspek yang tak bisa lepas dari kehidupan manusia, jiwa dan raga. Sejak memasuki era moderen, manusia bukan hanya memanfaatkan sumber daya alam, namun mengeksploitasinya secara besar-besaran demi misi dan tujuan yang mereka sebut memajukan ekonomi, menyejahterakan penduduk dunia, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Tidak cukup sampai disana. Demi memaksimalkan sumber-sumber tersebut, diciptakanlah berbagai jenis bahan kimia dan metode rekayasa berbasis teknologi yang di kemudian hari membawa dampak merugikan bagi kemanusiaan, sebut saja kerusakan lingkungan, polusi, pencemaran yang kesemuanya merupakan faktor luar yang entah lambat atau cepat menggerus kesehatan manusia. Lebih parahnya, kita memasukkan polusi dan pencemaran ke dalam tubuh dalam wujud makanan. Sumber alam yang kita olah menjadi makanan tak lagi berfungsi sebagai asupan nutrisi baik yang notabene adalah pilar penting dalam membangun tubuh sehat. Tanaman sumber pangan tercemar pestisida, insektisida, herbisida, dan produk kimiawi lainnya. Bibit-bibitnya telah direkayasa genetika yang mengubah susunan DNA dan komposisi gizi. Sumber pangan hewani setali tiga uang, pemberian pakan yang terpolusi dan dimodifikasi serta suntikan antibiotika dan obat-obatan pencegah penyakit. Kesemuanya ini mengendap dalam tubuh tanaman dan hewan ternak yang kita konsumsi. Tak ayal, semakin kita makan, alih-alih sehat, kita semakin sakit. Contoh kasusnya diantaranya diabetes, hipertensi, kolestrol tinggi, dan penyakit jantung koroner yang notabene merupakan penyakit penyerta mayoritas pasien covid. Kemudian kasus yang semakin banyak saja penderitanya seperti alergi dan intoleransi makanan, autoimun, kanker. Tubuh tidak lagi memiliki kekuatan super menangkal dan melindungi diri dari kuman, bakteri, virus, dan substansi asing lainnya. Ditambah gempuran faktor-faktor tidak sehat lain, fisik menjadi rentan, ringkih, dan rapuh. Dan boomm terjadilah pandemi.

Lalu kita bisa apa? Mari berbenah dari hal kecil yang sederhana dan kompatibel. Dimulai dari diri-sendiri, kemudian mengajak dan menularkannya kepada orang-orang di sekitar, kemudian lingkaran sosial yang lebih luas hingga menjadi sebuah gelombang perubahan berkekuatan besar. Kita mulai saja dari kebutuhan paling mendasar, yakni makanan. Mari mengonsumsi sumber pangan sealami mungkin, dalam arti tidak mengandung bahan-bahan dan obat-obat kimia, tidak ber-GMO (Genetically Modified Organism : sumber pangan yang mengalami rekayasa genetika), cara pemeliharaan, proses produksi dan distribusinya tidak mencemari lingkungan dan minimal emisi karbon. Sumber pangan baik tersebut lantas kita olah dengan cara lebih alami dan sehat juga. Atau kita bisa mulai menanam sayuran, buah, tanaman herbal, rempah-rempah dengan metode alami untuk minimal memenuhi kebutuhan sendiri dan jika ke depannya memungkinkan, juga untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat sekitar. Tentu saja pola makan ini juga perlu didukung dengan kebiasaan hidup baik lainnya, seperti jauh mengurangi penganan luar rumah yang tidak alami atau tidak sehat, rutin berolahraga atau aktif bergerak, lebih banyak berjalan kaki atau bersepeda sebagai moda transportasi untuk tidak semakin mencemari udara yang kita hirup, berhenti menggunakan bahan plastik dan barang-barang harian yang proses produksinya telah membabat hektaran hutan alami dan mencemari air yang kita gunakan untuk minum dan mengairi lahan pertanian, merawat badan dengan bahan-bahan natural, tidak menggunakan produk-produk rumah tangga yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, dan senantiasa menjaga kesehatan mental dan jiwa dengan cara masing-masing. Kebiasaan-kebiasaan ini kita lakukan secara konsisten, berkelanjutan, dan selamanya. Sesuatu yang alami memang tidak bisa instan, seperti tanaman yang tumbuh secara alami, pun dengan tubuh kita yang memerlukan waktu untuk membangun dan mengembangkan daya tahannya dengan semua asupan dan cara hidup alami. Ketika alam mampu memberikan tubuh kesehatan holistik, maka kita tidak perlu jungkir-balik menciptakan dan pontang-panting berburu produk dan sistem pengerek kekebalan tubuh dan penangkal penyakit masal keluaran laboratorium yang menyedot miliaran rupiah kas negara. Uang rakyat.

Lalu pemerintah yang mengelola negara itu sendiri. Mereka harus mempunyai gebrakan hukum, sosial, ekonomi secara definitif dan konsisten untuk mencegah penyakit baik lama maupun baru di masa mendatang, tidak berfokus pada sistem pengobatan atau terapinya saja. Tidak hanya menyediakan dana pengobatan/terapi efektif dan mutakhir, namun yang lebih penting adalah untuk mencegah bagaimana supaya masyarakat tidak rentan, rapuh, dan tidak harus menjalani pengobatan. Kenapa bahan kimia masih mendominasi sistem pertanian global dan industri-industri yang menyediakan kebutuhan dasar warga? Pengalihfungsian lahan dan hutan semakin meluas? Pun dengan krisis air dan udara bersih? Apalah artinya ketahanan pangan tanpa kualitas pangan yang layak menunjang ketahanan kesehatan rakyat? Mari berkaca dan berbenah dari pandemi ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image